Strategi Pertahanan Diperkuat, Serangan dari Utara Siap Dikendalikan
TARAKAN – Kabar pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi topik pembicaraan warga Kalimantan Utara (Kaltara) belakangan ini. Tak hanya soal pemindahannya yang menggunakan anggaran hampir Rp 500 triliun, pemindahan pusat pemerintahan ini juga dibumbui perdebatan politik yang cukup pelik.
Rencana itu juga jadi tugas Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlantamal) XIII Laksamana Pertama TNI Judijanto MSi MA bersama pasukannya. Kepada Koran Benuanta, Judijanto mengungkapkan, pemindahan ibu kota ke Kaltim turut memberi tugas berat bagi aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Berdasarkan letak geografis, Kaltim, Kalbar dan Kaltara berbatasan langsung dengan negeri jiran, Malaysia. Sehingga, persoalan pertahanan dan keamanan sangat penting diperhatikan.
Pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Pengkajian Maritim (Kapusjianmar) Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) ini menjelaskan, saking pentingnya pertahanan dan keamanan di wilayah perbatasan sebelum ibu kota negara benar-benar pindah, TNI AL sudah menyiapkan grand strategy. “Kita memiliki strategi pertahanan negara, kita memiliki strategi pertahanan laut, dan kita memiliki konsep operasi. Jadi, ada sesuatu stasifikasi pengelolaan pertahanan itu bagaimana,” ungkap Judijanto.
Menurutnya, pemindahan ibu kota sudah masuk dalam grand strategy TNI untuk mewujudkan Indonesia yang kuat di perbatasan. “Ibu kota ada di sana (Kutai Kertanegara dan Penajam Paser Utara), jadi ada konsep suatu strategi pertahanan negara, apa yang harus dilakukan dan itu sudah kita rancang,” jelasnya.
Yang lebih khusus, lanjut Judijanto, Lantamal XIII Tarakan telah menerima instruksi dari Mabes TNI untuk meningkatkan keamanan di wilayah perbatasan. Dalam tugas ini, TNI AL adalah barrier atau pelindung. Pasukan yang berdiri di pangkalan ini selalu terdepan apabila ada serangan-serangan yang datang dari wilayah utara Indonesia.
“Kita sedang men-create Lantamal XIII menjadi Pangkalan Utama Angkatan Laut yang akan menjadi benteng ibukota, akan menjadi barier ibu kota negara,” katanya.
Lebih jauh dijelaskan mantan Komandan Lanal Banten ini, TNI AL punya tugas khusus untuk mengamankan laut dan bersinergi dengan TNI Angkatan Darat (AD) maupun TNI Angkatan Udara (AU). Ketiga angkatan ini jika bersatu, dipercaya Judijanto, bisa mengantisipasi segala bentuk ancaman dari 5 wahana, yakni dari ruang angkasa, siber, laut, darat dan udara.
Sebagai bentuk kesiapan, Lantamal XIII Tarakan Saat ini diperkuat 3 armada. Pertama disiapkan di Sorong, yang kedua memperkuat Indonesia di Surabaya dan yang terakhir memperkuat Jakarta. Namun, dengan pindahnya ibu kota dari Jakarta ke Kaltim, konsep pertahanan dan pengamanan pasti akan berbeda dari sebelumnya.
“Tadinya konsep ibu kota yang ada di Jakarta, sekarang ada di Kalimantan, ini akan selesai dalam waktu dekat. Dan kita akan masuk pada perencanaan pemindahan ibu kota itu sendiri,” jelasnya.
Tidak sampai di situ, lanjut Judijanto, pemindahan ibu kota juga akan berpengaruh pada markas pertahanan. Selain gedung pemerintahan, Kementerian Pertahanan hingga Markas TNI juga akan ikut pindah. “Semuanya diperkuat (pindah ke ibu kota baru), pasti. Tidak mungkin tidak. Perlu diingat, perang modern berbeda dengan dulu. Konsep berperang saat ini berbeda. Rudal saja sudah antar benua. Jadi, kita tidak lagi membangun konsep-konsep konvensional, sudah kedaluarsa. Konsep pertahanan kita yang modern akan terintegrasi ke tiga angkatan, jadi harus diperkuat juga saat pindah ibu kota,” pungkas Judijanto. (raz)