benuanta.co.id, TARAKAN – Buntut dari dugaan pemukulan antar siswa hingga menyebabkan bocah kelas 2 SDN 024 Tarakan meninggal dunia pada Selasa, 5 November 2024 menjadi atensi Ombudsman RI.
Diberitakan sebelumnya, anak laki-laki berinisial MI menghembuskan nafas terakhirnya lantaran mengalami penyumbatan cairan di kepala diduga pasca pemukulan yang dilakukan teman sekelasnya, FA.
Anggota Ombudsman RI, Indraza Marzuki Rais langsung melakukan kunjungan kerja ke Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Tarakan pada Rabu, 6 November 2024.
Ia mengatakan, pemukulan ini bisa masuk ke dalam dugaan bullying fisik yang menyebabkan korbannya meninggal dunia. Sehingga perlu ditindaklanjuti lebih serius.
“Ini belum ada penjelasan detail. Saya tidak bisa katakan itu bullying. Harus ada pihak-pihak yang menindaklanjuti lebih detail. Tapi saya turut prihatin dengan kejadian yang ada,” jelasnya saat ditemui di Disdik Tarakan, Rabu (6/11/2024).
Indraza menegaskan, akan mengawal persoalan ini. Ia juga mengharapkan keterbukaan dari berbagai pihak.
“Kami mohon kesabarannya. Kami siap mengawal dan ada keterbukaan dari kami,” singkatnya.
Sementara itu, Ketuas Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP) Kota Tarakan, Kamal mengungkapkan, pihaknya masih melakukan pengkajian penyebab meninggalnya korban. Hal ini sudah dilakukan sejak pihaknya mendapatkan laporan dugaan pemukulan tersebut pada Agustus 2024 lalu.
Bahkan, pihak SDN 024 Tarakan dan orang tua korban juga telah menyampaikan ke Satgas PPKSP Tarakan.
“Penyampaian yang pihak sekolah sampaikan ke kami sama. Cuma berita yang tersebar dengan wawancara ibu korban, agak bertolak belakang. Tapi kami berbelasungkawa atas meninggalnya korban,” ungkapnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) Disdik Kota Tarakan ini menambahkan, akan meminta keterangan ahli dari rumah sakit yang bisa menjelaskan penyebab kematian korban. Pihaknya juga khawatir jika nantinya ada penyakit penyerta yang diderita korban sebelum insiden dugaan pemukulan.
Ia juga khawatir dengan kondisi psikologi terduga pelaku, jika nantinya belum ada mediasi kembali. Rencananya pihaknya kembali akan memintai keterangan oleh kedua belah pihak.
“Memang harus ada orang yang kompeten bisa menjelaskan penyebab ini. Orangtua korban juga masih dalam keadaan berkabung. Kita harus pahami jadi seorang ibu yang merasakan kehilangan anaknya,” pungkasnya. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Yogi Wibawa