benuanta.co.id, TARAKAN – Persentase Penduduk Miskin Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) tahun 2024 menurun sebanyak 0,14 ribu jiwa atau dalam bentuk persentase menurun 0,13 persen poin dari tahun sebelumnya.
Hal tersebut sesuai dengan data jumlah penduduk miskin yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltara per bulan Maret 2023 hingga Maret 2024. Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Utara pada Maret 2024 sebanyak 47,83 ribu (6.32 persen). Pada Maret 2023 penduduk miskin berjumlah 47,97 ribu (6,45. persen).
Selama Maret 2023 hingga Maret 2024, garis kemiskinan (GK) naik sebesar 4,45 persen, yaitu dari Rp. 817.876, per kapita per bulan pada Maret 2023 menjadi Rp. 854.294 per kapita per bulan pada Maret 2024.
“Pada periode Maret 2023 sampai Maret 2024, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami kenaikan, dari 0,639 pada keadaan Maret 2023 menjadi 0,816 pada keadaaan Maret 2024. Hal serupa terjadi pada Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang mengalami kenaikan dari 0,107, menjadi 0,190,” ujar Ketua BPS Kaltara, Mas’ud Rifai dalam rilisnya melalui website resmi BPS Tarakan, Senin (1/7/2024).
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
Sepanjang Maret 2023 hingga Maret 2024, Garis Kemiskinan naik sebesar 4,45 persen, yaitu pada bulan Maret 2023 dari Rp. 817.876 per kapita per bulan menjadi Rp. 854.294 per kapita per bulan pada Maret 2024. Dengan memperhatikan komponen GK, yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garisbesar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
Pada Maret 2024, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 73,43 persen. Sedangkan sumbangan GKNM terhadap GK adalah sebesar 26,57 persen. Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih besar dibandingkan di daerah perdesaan, pada bulan Maret 2024 garis kemiskinan di daerah perkotaan sebesar Rp 885.655 sedangkan di daerah perdesaan sebesar Rp 799.327.
“Ini menggambarkan bahwa pemenuhan kebutuhan hidup di daerah perkotaan lebih mahal dibandingkan dengan daerah perdesaan,” jelasnya.
Lima komoditi terbesar penyumbang GKM di perkotaan adalah beras, rokok kretek/filter, telur ayam ras, daging ayam ras, dan bandeng. Sementara lima komoditas terbesar penyumbang garis kemiskinan makanan di perdesaan adalah beras, rokok kretek/filter, daging ayam ras, bandeng dan telur ayam ras. Penyumbang terbesar di seluruh wilayah (perkotaan dan Perdesaan) adalah komoditi beras dengan kontribusi sebesar 25,09 persen di perkotaan dan 27,85 persen di pedesaan.
Sedangkan lima komoditi terbesar penyumbang garis kemiskinan non makanan (GKNM) di perkotaan yaitu perumahan, listrik, bensin, pendidikan, dan air sedangkan di perdesaan terdapat perbedaan pola. Lima komoditi terbesar penyumbang garis kemiskinan non-makanan (GKNM) di perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, perlengkapan mandi dan pendidikan.
“Komoditas perumahan merupakan yang paling besar kontribusinya terhadap Garis kemiskinan Non makanan baik di perkotaan maupun di perdesaan. Sumbangan dari komoditas perumahan ini sebesar 36,09 persen di perkotaan dan 39,54 persen di perdesaan,” pungkasnya. (*)
Reporter: Sunny Celine
Editor: Nicky Saputra