benuanta.co.id, BERAU – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau melakukan intervensi di Posyandu Kenari Kelurahan Gayam Kecamatan Tanjung Redeb, Rabu (12/6/2024). Bupati Berau, Sri Juniarsih meminta orangtua yang memiliki balita untuk rajin datang ke posyandu untuk memeriksakan anaknya.
“Jika memang masih ada yang tidak datang, kader posyandu harus jemput bola untuk memastikan kesehatan anak-anak di lingkungannya,” ucapnya Kamis (13/6/2024).
Dijelaskannya, intervensi stunting ini sebagai wujud komitmen, konsistensi, dan keseriusan Pemkab Berau pada pencegahan dan penanggulangan angka stunting di Berau. Khususnya di wilayah Tanjung Redeb yang diakuinya memiliki angka stunting tertinggi. Menurutnya, tidak sebanding karena merupakan daerah ibu kota kabupaten karena prevalensi stunting di Tanjung Redeb sebesar 17,95 persen dan jumlah anak yang mengalami stunting sebanyak 28 jumlah.
“Sedangkan, keluarga yang berisiko stunting sebanyak 735 keluarga. Angka ini cukup tinggi jikak dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Saya menganggap hal ini sangat serius,” ujarnya.
Penanganan stunting tidak dapat hanya dilakukan hanya dengan petugas Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) dan kader posyandu tapi menjadi tugas semua orang.
“Dengan angka 735 keluarga berisiko stunting di wilayah perkotaan ini termasuk tinggi. Kita harus melakukan penguatan tugas dan fungsi posyandu sebagai layanan kesehatan terpadu masyarakat,” kata Sri Juniarsih Mas.
Maka perlu dukungan dinas teknis terkait, mulai dari Dinkes Berau, DPPKBP3A Berau dan Disdik Berau.
“Saya meminta untuk mendata posyandu yang ada di Kabupaten Berau pun tenaga kesehatan (Nakes) di PKM harus mendampingi setiap kegiatan di posyandu. Harus kita segera antisipasi supaya tidak bertambah tinggi dan bagaimana 735 risiko stunting ini harus kita turunkan. Keseriusan kita kepada anak balita yang selalu rajin ke posyandu,” sebutnya.
Intervensi stunting tidak hanya dilakukan pada bulan ini saja, tapi OPD terkait harus selalu melakukan intervensi setiap bulannya.
“Kami juga akan memperkuat ibu bapak asuh anak stunting dalam teknis pendistribusian dan penerapan 8 aksi konvergensi,” imbuhnya.
Penanganan stunting dimulai sejak usia remaja, calon pengantin, pasangan usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, hingga 1.000 hari pertama kelahiran dan keluarga yang menerima manfaat.
“Harus dipastikan anaknya mengkonsumsi makanan bergizi karena masa keemasan anak sejak usia 0-6 tahun,” tuturnya.
Pihaknya berkomitmen akan terus aktif mendampingi posyandu sebagai upaya intervensi spesifik dan pencegahan yang bisa dilakukan secara nasional.
“Upaya ini harus dilakukan mulai dari level posyandu dengan mengoptimalkan angka kunjungan, pengukuran lingkar kepala dan lengan anak, pemberian makanan tambahan, penyuluhan sampai bekerja sama dengan nakes,” pungkasnya. (*)
Reporter : Georgie
Editor: Nicky Saputra