benuanta.co.id, TARAKAN – Kepolisian Resor (Polres) Tarakan khususnya Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) pada Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipidter) mengintensifkan patroli siber jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Terlebih Operasi Mantap Brata Kayan telah resmi dilakukan sejak 19 Oktober 2023 lalu.
Kasat Reskrim Polres Tarakan, AKP Randhya Sakthika Putra melalui Kanit Tipidter, IPDA Muhammad Farhan mengatakan pihaknya telah menerima instruksi langsung dari Kapolri untuk fokus meningkatkan pengamanan pada pemilu, tak terkecuali pengamanan siber.
Unit Tipidter ditugaskan sebagai Kasub Satgas untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terkait tindak pidana siber.
“Kami melalukan patroli atau penyelidikan awal terkait adanya tindak pidana yang terjadi pada sosial media di Tarakan sehubungan dengan Pemilu,” katanya saat ditemui, Rabu (25/10/2023).
Sejak patroli digalakkan, Farhan menerangkan belum menemukan hal-hal yang menimbulkan kerawanan dalam pemilu. Namun, tak dipungkiri terdapat beberapa akun sosial media yang saling berkomentar untuk satu caleg dan lainnya.
“Cuma kami tetap memantau. Jangan sampai muncul hate speech, black campaign, politik identitas atau hoax. Kita tetap pantau,” sambung dia.
Menurutnya, banyak platform sosial media yang akan dijadikan tempat untuk menyalahgunakan postingan berkaitan dengan pemilu. Seperti, WhatsApp, Instagram, Tik Tok dan Facebook. Hal ini semakin diperparah dengan adanya grup yang dibuat pada salah satu platform sosial media.
Perwira balok satu itu melanjutkan, patroli siber yang digelar pun dilakukan selama 24 jam.
“Kita terus laporkan apa saja yang kita dapat dari patroli siber itu ke pimpinan dan pusat,” imbuh Farhan.
Dia melanjutkan, jika terdapat indikasi dan perlu melakukan penindakan, pihaknya butuh melihat kembali profile identitas terduga. Disinggung menyoal kendala dalam mendeteksi terduga pelaku ia tak menepis.
“Kami pun harus ikuti perkembangan teknologi, karena semakin berkembang. Tapi jejak digital dapat di tresing dan tidak akan pernah hilang. Kalau tidak mampu kita akan meminta bantuan dari satuan atas,” bebernya.
Kendala lainnya, yakni literasi masyarakat itu sendiri. Ia berpesan, jangan sampai bacaan di sosial media tidak di cross check terlebih dahulu. Ia juga mewaspadai untuk aktivitas media sosial lantaran saat ini muncul teknologi Artificial Intelligence (AI).
“AI paling rawan. Pada saat kampanye itu yang kita takutnya. Wajah bisa diganti, suara juga. Tapi kalau kerawanan parah kita koordinasikan ke Kominfo,” pungkasnya.(*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Ramli