benuanta.co.id, BERAU – Target peningkatan populasi ternak sapi di Kabupaten Berau pada masa kini bakal didukung teknologi Inseminasi Buatan (IB).
Penerapan teknologi kawin suntik ini menurut Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan Berau, Eko Wahyu sudah dilakukan dan diterapkan di kecamatan yang ada pelaku peternak sapi.
“Cara ini sebagai bentuk dukungan pemerintah daerah kepada pelaku peternakan di Berau, teknologi ini tidak hanya kepada kelompok tani, tetapi juga perorangan,” ungkapnya Kamis (28/9/2023).
Sebab sesuai target Pemkab Berau, Eko menjelaskan untuk ketahanan dan swasembada daging sapi di Berau akan melakukan beberapa upaya agar jumlah populasi dan produksi bisa meningkat, tentunya dengan mempertahankan jumlah populasi.
“Seperti sempat disampaikan Bupati, bahwa Berau harus mampu menyediakan daging sapi minimal untuk memenuhi kebutuhan lokal,” ujarnya.
“Kita punya target,sesuai dengan rencana strategis ada namanya peningkatan mutu genetik dalam hal ini sementara ini konsen pada ternak besar yakni sapi. program ini mutu genetik sosialisasikan kami sudah terapkan,” tambahnya.
Diketahui, sistem tersebut sudah terintegrasi di semua kecamatan yang ada populasi pemeliharaan sapi, tetapi minimal sudah semi intensif.
“Karena itu semua harus intensif dihandle. Tidak lagi sekedar sampingan misalnya tidak fokus diurus seperti lepas liarkan,” jelasnya.
Ia menjelaskan penerapan IB ini sudah dilakukan di beberapa kecamatan yang populasi sapinya banyak seperti di Kecamatan Segah, Teluk Bayur, Gunung Tabur, Sambaliung Talisayan Batu Putih dan Biatan.
“Berau memang sempat dilanda masalah besar untuk populasi sapi yakni saat Covid-19 dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) belakangan ini,” terangnya.
Eko menjelaskan, saat Covid-19 ketika itu banyak masyarakat yang ekonominya terdampak akibat tidak ada kegiatan atau terhenti.
“Tidak sedikit juga para peternak sapi yang terdampak. Sehingga menjual sapi untuk kebutuhan mendesak.
Selain itu menurutnya dampak PMK juga mempengaruhi populasi sapi yang sebelumnya pengiriman sapi ke daerah-daerah sempat ditutup untuk menghindari penyebarannya termasuk di Berau.
“Sehingga sapi yang ada yang dipotong untuk menutupi kebutuhan daging Berau.
Namun sekarang sudah dibuka, kalau tidak ya habis populasi sapi lokal kita,” tuturnya.
Sejalan dengan program dinas peternakan provinsi dan pusat, Berau juga terus berupaya menjaga stabilitas populasi yang ada.
“Saat ini jumlah sapi yang ada di Berau per bulan Mei ini sebanyak 12.652 ekor,” jelasnya.
Eko menyebut, jumlah ini menurun dibandingkan 2019 lalu sebelum Covid melanda.
“Tahun 2019 populasi sapi kita mencapai angka 15 ribu lebih, dan menurun saat covid, tetapi kami optimis bisa mengembalikan jumlah sebelumnya dan meningkatkannya lagi,” tegasnya.
Kendati demikian, ia melanjutkan sebelum Covid menyerang, Dinas pertanian dan peternakan mampu mencapai target reproduksi sapi hingga 100 persen.
“Berkat teknologi IB dan pendampingan yang dilakukan oleh tenaga teknis lapangan. Jumlah populasi sapi bisa ditingkatkan dengan signifikan,” imbuhnya.
Apalagi dengan teknologi peternakan IB tersebut mampu mengefisiensikan anggaran daerah.
“Dari aspek anggaran penerapan IB untuk reproduksi sapi baru terbilang sangat murah,” urainya.
Eko mencontohkan untuk biaya satu ekor sapi baru dari perencanaan hingga jadi hanya membutuhkan anggaran sekitar Rp 500 ribu hingga Rp 700 ribu.
“Sangat jauh berbeda jika harus mendatangkan atau membeli sapi indukan yang bisa mencapai Rp 10 juta,” ungkapnya.
Alhasil semua kecamatan yang memiliki populasi sapi banyak dan ada peternak semi intensif dan saat ini pihaknya juga memprogramkan peternakan peningkatan reproduksi ternak kecil atau ternak kambing.
“Tetapi memang belum berjalan sempurna seperti halnya pada sapi,” pungkasnya. (*)
Reporter: Georgie
Editor: Yogi Wibawa