7 Anak Hidup Tanpa Orang Tua, Salah Satu Anak Punya Riwayat Penyakit Jantung

benuanta.co.id, TARAKAN – Nasib pilu dialami 7 orang anak yang hidup tanpa kasih sayang dari kedua orang tua. Di usia belia, mereka dipaksa untuk tegar menghadapi hidup. Lantas siapa yang menjamin pendidikan, kesehatan, keamanan, bahkan masa depannya kelak?

Saat melakukan penelusuran di Jalan Anggrek, Gang Bintang RT 14, Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat, terdengar dari kejauhan suara tangisan seorang anak dari dalam rumah. Terlihat bangunan rumah semi permanen yang sebagiannya dilapisi oleh sejumlah triplek.

Dekat dengan pintu depan rumah terpampang tulisan mustahik baznas atau orang yang berhak menerima zakat. Suara tangisan anak semakin dekat kala reporter berdiri di depan pintu rumah tersebut. Mata reporter langsung menuju ke sumber suara tersebut. Dari dalam bilik kamar terlihat seorang anak terbaring di atas lantai hanya menggenakan baju dan pampers. Sang kakak hanya bisa memeluk adiknya dengan harap tangisan tersebut dapat diredam.

Seorang warga Kecamatan Tarakan Barat yang tidak ingin disebutkan namanya Nur (Bukan nama sebenarnya) menjelaskan, dalam seminggu ia rutin mengantarkan bantuan berupa makanan, pakaian maupun beras. Bantuan yang ia berikan atas dasar kepedulian sebagai manusia dan rasa iba.

Baca Juga :  Orang Tua harus Waspada, LGBT di Tarakan Merambah Dunia Pendidikan  

Nur mengatakan rasa iba timbul lantaran ia melihat video yang sempat diunggah di media sosial. Ia tidak kuasa menahan haru setiap kali mengantarkan makanan untuk ke tujuh anak tersebut.

“Mereka tidak memiliki ibu, sementara ayahnya tidak tau kemana, saya harap pemerintah segera turun untuk melihat langsung kondisi dan keadaan mereka. Selama, hanya komunitas yang rutin dan fokus membantu mereka,’’ ucap Nur usai memberikan kue ke tujuh anak tersebut. Selasa (26/7/2023).

Saat ditemui, Ketua RT 14, Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat, Sukirno menerangkan jika ibu dari ketujuh anak tersebut sudah lama meninggal. Sementara ayahnya kini tengah berurusan dengan pihak yang berwajib.

Sejumlah warga, komunitas maupun Baznas Kota Tarakan rutin dalam memberikan bantuan. Rumah tersebut berisikan 7 orang anak, 3 anak diantaranya masih bersekolah, 3 anak belum bersekolah, dan 1 anak telah lulus sekolah.

‘’Satu anak memiliki penyakit riwayat penyakit jantung. Saya lupa nama komunitasnya, namun komunitas tersebut tengah mengusahakan untuk membawa ke Jakarta untuk dilakukan pengobatan,’’ ujar Sukirno saat di halaman rumahnya.

Sementara, Ketua Ikatan Pemuda Nusantara Bersatu (IPNB) Ngurah menjelaskan komunitas ini sudah berdiri sejak 2010 yang berfokus terhadap anak. Bantuan yang disalurkan murni berasal dari kantong pribadi bukan berasal dari penggalangan dana. Sejumlah permasalahan anak pernah ditangani oleh komunitas IPNB diantaranya anak yang putus sekolah, anak yang memiliki kesulitan ekonomi bahkan orang yang tidak mampu.

Baca Juga :  Buntut Dugaan Anak SD Terlibat Prostitusi, DPRD Tarakan Agendakan RDP

Ngurah menjelaskan, kini pihaknya sedang fokus menangani ketujuh anak yang ditinggal oleh orang tuannya. ia menilai, pemerintah kurang berperan dalam menyikapi kondisi yang memprihatinkan.

‘’Kondisi rumah mereka tidak layak huni lantaran ditemukan sejumlah kebocoran pada atap seng rumah, selain itu sampah berserakan dimana-mana. Ketujuh anak ini hanya di urus oleh kakajnya yang berumur 17 tahun,’’ terang Ngurah.

Menyikapi kondisi tersebut, IPMB berkolaborasi dengan komunitas dorang peduli berinisiatif dan berkomitmen membantu ke tujuh anak tersebut. Sebagai bentuk kepedulian pihaknya melakukan renovasi rumah agar sejumlah anak tersebut saat merasakan tempat tinggal yang layak.

Ngurah menuturkan jika sejumlah anak tersebut telah mendapatkan pendampingan secara psikolog. Hasil pemeriksaan tersebut mengungkapkan jika sebagian dari anak tersebut menyimpan permasalahan dan beban hidup. Salah satu anak mengaku jika ia tidak kuat menjalani hidup lantaran berhadapan dengan kondisi yang pelik.

Ngurah mengisahkan jika salah satu anak harus bangun setiap pukul 5 subuh untuk mempersiapkan keperluan dapur untuk ke 6 adiknya. Lantaran tidak memiliki kendaraan ia pun harus berjalan kaki untuk sampai ke sekolah. Rasa penat anak tersebut semakin bertambah sepulangnya sekolah di sore hari. Belum lagi setibanya di rumah ia harus mengurus ke 6 saudaranya.

Baca Juga :  PMK Tarakan akan Bentuk Relawan Kebakaran Bantu Sosialisasi Pencegahan

‘’Bayangkan seorang anak berumur 15 tahun dengan sejuta beban yang dibebankan kepadanya. Dia dipaksa oleh keadaan untuk menjadi seorang ibu, seorang ayah. Jujur, saat saya mengingat ke tujuh anak tersebut, air mata langsung meleleh,’’ tutur Ngurah dengan mata yang berkaca-kaca.

Berkaca pada kondisi tersebut, Ngurah berharap agar pemerintah terkait segera menuntaskan permasalahan maupun beban yang tengah dihadapi oleh ke tujuh anak tersebut.

Disisi lain, ia mempertanyakan penghargaan katagori pratama Kota Layak Anak (KLA) 2023 yang diterima Kota Tarakan. Hal tersebut sangat bertentangan dengan fakta dan keadaan sebenarnya.

‘’Faktanya kondisi yang dialami ketujuh anak tersebut sudah berjalan selama bertahun-tahun, namun pemerintah seakan tutup mata dan telinga. Jujur tanpa bantuan dari pemerintah kami bisa membiayai kehidupan mereka. Kami ingin melihat sejauh mana kepedulian pemerintah terhadap mereka,’’ tutupnya.(*)

Reporter: Okta Balang

Editor: Ramli

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *