benuanta.co.id, NUNUKAN – Seorang bayi di Kecamatan Lumbis, Kabupaten Nunukan meninggal dunia lantaran terlambat mendapatkan penanganan medis. Hal itu dibenarkan Dinas Kesehatan Pengendalian Penyakit dan Keluarga Berencana (DinkesP2KB) Kabupaten Nunukan.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas), DinkesP2KB Nunukan, Sabaruddin mengatakan bayi yang diketahui berusia 3 bulan itu telah didiagnosa saspek pertusis.
“Bayi ini anak dari pasangan suami isi warga Desa Patal, Kecamatan Lumbis tersebut. Kejadiannya ini sekitar 3 minggu yang lalu,” kata Sabaruddin kepada benuanta.co.id.
Awalnya, kata dia, bayi ini sempat dibawa ke Puskesmas Pembantu (Pustu) di daerahnya. Namun beberapa hari kemudian, kondisi bayi tersebut tidak mengalami perubahan.
“Itu gejala awalnya, seperti batuk ringan, pilek, dan demam seperti gejala awal flu. Suhu tubuhnya pun naik. Tapi dianggap orang tua sakit biasa dan diberikan obat pada umumnya,” ujarnya.
Karena makin memburuk, bayi ini pun dirujuk ke Rumah Sakit Malinau. Disinilah, dokter menyatakan bahwa bayi tersebut sebagai suspek pertusis. Hal itu dikarenakan kondisi bayi semakin parah.
“Sempat diambil sampel swabnya untuk diperiksa di Balitbangkes Surabaya. Namun dua hari kemudian, korban meninggal dan hasilnya swabnya belum keluar,” bebernya.
Di rumah sakit Malinau, batuknya korban semakin sering dan menjadi batuk rejan. Batuk inilah yang diduga membuat si bayi akhirnya kesulitan untuk bernapas. Suara rejan, membuat penderitanya kekurangan oksigen di dalam darah, atau luka pada tulang rusuk, akibat batuk yang begitu keras.
Mengetahui kasus ini, pihaknya pun mengaku langsung menurunkan tim survelan dan berkoordinasi kesemua pihak di daerah tersebut.
“Kita mencegah potensi penularan. Karena, masa incurbasinya itu hanya 15 hari. Apalagi, ini kasus baru lagi kita tangani,” bebernya.
Hasil survelan, kata dia, hingga saat ini belum ada ditemukan penularan. Namun dia mengaku akan menjadikan kasus ini sebagai prioritas jajarannya.
“Kita sudah tracking ke desa lain yang sebelumnya dikunjungi bayi dan orangtuanya dan belum ada temuan kasus baru. virus pertusis ini salah satu wabah yang mudah dan sangat cepat menular. Usia rentan yang sangat berpotensi terkena pertusi, adalah Balita dan Manula, meski ada juga beberapa kasus terjadi pada usia produktif,” jelasnya. (*)
Reporter: Novita A.K
Editor: Nicky Saputra