benuanta.co.id, TARAKAN – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Tarakan prediksi mulai November hingga Januari 2023 mendatang cuaca di Tarakan masuk kategori bakal terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
Hal tersebut diungkapkan Forecaster BMKG Tarakan, Raa’ina Farah Sumartonoa yang menyebut hujan tersebut dengan kisaran tinggi 300 sampai 500 milimeter.
“Jadi untuk bulan ini karena relatif cukup tinggi biasanya potensi akan menimbulkan bencana lebih tinggi juga dari pada hujan dengan intensitas lebih rendah,” ucapnya Jumat (18/1/2022).
Misalnya pada bulan Desember hingga Januari terjadi curah hujan tinggi, tentu kata Raa’ina, hujan pun bakal banyak.
“Misalkan hari hujannya dalam satu bulan yang mungkin di bulan-bulan biasanya berkisar 10 hari ataupun 20 hari mungkin di bulan Desember Januari akan lebih banyak. Jadi bisa saja 25 hari hujan dalam 1 bulan,” tuturnya
Raa’ina prakirakan cuaca penguapan cukup relatif tinggi di Kota Tarakan. “Jadi misalkan tidak kering atau udara lebih lembab biasanya akan potensi hotspot kebakaran hutan lebih sedikit. Jadi saat kering itu potensi hotspot semakin banyak jadi saat lembab lebih banyak itu bencana di hidrometeoroligi,” paparnya.
Bahkan menurutnya, biasanya terdapat beberapa hari yang curah hujan di atas 50 milimeter.
“Curah hujan di atas 50 milimeter per hari itu biasanya menimbulkan karena termasuk cuaca ekstrem, maka biasanya bisa menimbulkan bencana hidrometeoroligi di beberapa wilayah yang memang kondisi topografinya terutama atau kondisi lingkungannya memang bisa mempengaruhi bencana tersebut,” ungkapnya.
Seperti wilayah Bandara Juwata Tarakan dan Karang Anyar, melihat perbandingan terjadi hujan lebat dalam satu hari misalnya intensitas sekitar 55 milimeter.
“Di sini (Bandara Juwata) tidak terjadi banjir di sana (Karang Anyar) akan tergenang air karena mungkin wilayah resapannya berbeda,” ujarnya.
Sementara itu, pihaknya mengungkapkan wilayah Kota Tarakan termasuk golongan pesisir.
“Jadi akan berbeda wilayah Tarakan yang notabene pesisir dengan wilayah pegunungan atau lembah atau dataran tinggi yang lain,” jelasnya.
Ia mencontohkan seperti di Tarakan Timur dan Tarakan Barat merupakan daerah dataran rendah.
“Jadi kalau Tarakan Tengah lebih tinggi topografinya biasanya yang sering banjir di wilayah Tarakan Barat apalagi didukung jalur resapan air kurang lancar,” tuturnya.
Termasuk bencana Hidrometeoroligi pun juga bisa terjadi seperti Tanah longsor.
“Jadi di masing-masing wilayah akan berbeda apa bencananya. Jadi mungkin ada banjir ada yang tanah longsor,” pungkasnya. (*)
Reporter: Georgie Silalahi
Editor: Yogi Wibawa