benuanta.co.id, TARAKAN – Tiga dari lima kabupaten/kota di Kalimantan Utara telah dinyatakan bebas dari malaria dan mendapatkan sertifikat. Ketiga wilayah tersebut ialah Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Tana Tidung (KTT).
Kendati bersertifikat dan dinyatakan bebas dari kasus malaria, namun ketiga wilayah tersebut masih memiliki kasus malaria aktif di bawah standar.
“Kasus malaria itu masih ada, tapi tidak boleh ada kasus penularan lokal. Kalau ada, berarti sertifikat malarianya harus diperiksa lagi,” ungkapnya Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kaltara, Agust Suwandi pada Sabtu (14/5/2022).
Agust melanjutkan, Kota Tarakan tercatat telah meraih penghargaan ini sejak 2014 lalu, yang kemudian disusul oleh Kabupaten Nunukan dan KTT pada tahun 2020.
Artinya pemerintah memiliki tugas berat untuk menyamakan Kabupaten Bulungan dan Malinau agar mendapat penghargaan yang sama.
“Kalau di Bulungan itu ada tambang emas ilegal di daerah Sekatak, itu sering terjadi kasus malaria karena sering keluar tengah malam. Jadi risikonya tinggi, kalau di Malinau itu ada perambah hutan yang keluar tengah malam jadi sering kena malaria,” beber Agust.
Dinas Kesehatan tidak boleh sendiri, pihaknya perlu bekerja keras bersama masyarakat, kepolisian dan tokoh masyarakat untuk mencegah kegiatan tengah malam. Sebab jika hanya dilakukan pengobatan menurut Agus tidak akan menuntasi permasalahan karena akan memunculkan kasus-kasus baru.
Sertifikat malaria menurut Agus penting untuk segala sektor seperti kesehatan, pariwisata dan ekonomi. Sebab itu daerah yang bebas malaria memiliki potensi tersendiri untuk meningkatkan segala sektor.
“Penyakit ini (malaria) terjadi pada orang yang bekerja aktif di malam hari terutama di daerah rawa dan hutan. Kalau di perkotaan itu agak jarang, lebih banyak demam berdarah,” paparnya.
Ia mengaku, bahwa memberantas nyamuk malaria cukup sulit karena berada di daerah rawa dan hutan, sehingga tidak dapat dicegah dengan fogging. Untuk itu, sangat disarankan untuk tidur dan memasang kelambu tiap fentilasi rumah.
“Biasanya kami bagikan kelambu didaerah berisiko, kami fokuskan untuk ibu hamil,” tutupnya. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Matthew Gregori Nusa