TARAKAN – Kenaikan kasus Covid-19 membuat ketersediaan oksigen di Kaltara, khususnya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan cukup mengkhawatirkan. Kelangkaan oksigen ini juga membuat RSUD menghentikan sementara seluruh alat bantu pernapasan pasien, lantaran ketersediaan oksigen yang sangat kritis.
Hal ini dinilai Anggota Komisi IV DPRD Provinsi Kaltara, Syamsuddin Arfah sebagai dampak klinis akibat gelombang kedua Covid-19 di Kota Tarakan yang semakin melonjak.
“Kami Komisi IV DPRD Kaltara sempat membahas ini (keterbatasan oksigen, Red.) bersama RSUD Tarakan. Memang lonjakan kasus Covid-19 di gelombang kedua ini semakin tinggi, maka itu kita memerlukan alternatif untuk menambah ketersediaan oksigen di Kaltara,” jelas dia kepada benuanta.co.id.
Pihaknya pun berjibaku menyampaikan ini kepada Pemerintah Provinsi Kaltara, dalam hal ini Dinas Kesehatan, bagaimana secara bersama dapat memutus mata rantai penularan Covid-19 dan memenuhi kebutuhan oksigen bagi pasien umum dan Covid-19.
“Kita harus bekerjasama dengan semua sektor dan potensi di Kaltara, baik itu pemerintah, DPRD, TNI-POLRI, pengusaha, swasta dan seluruh pihak agar membantu memenuhi ketersediaan kita. Tidak harus menunggu sumber daya dari pemerintah pusat,” kata Syamsuddin yang juga mengawasi penyelenggaraan kesehatan.
Sementara itu, Plt Direktur RSUD Tarakan, dr. Franky Sientoro menjelaskan, kebutuhan oksigen yang dibutuhkan RSUD Tarakan dalam sehari bisa mencapai 300 tabung, dan yang tersisa saat ini hanya sekitar 100 tabung. Belum lagi sebanyak 10 pasien Covid-19 dengan kondisi kritis, tentunya membutuhkan bantuan pernapasan berupa oksigen.
Keterbatasan oksigen tersebut tidak hanya berpengaruh pada penghentian seluruh alat pernapasan. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltara ini juga mengaku telah menutup seluruh ruang bedah elektif yang biasanya digunakan untuk operasi.
Kendati demikian, dr. Franky Sientoro. S.Pa mengatakan tetap semaksimal mungkin menangani pasien Covid dan non Covid. “Ketersediaan oksigen di Kota Tarakan sampai pada hari ini sangat memberatkan kami, sehingga terdapat kendala dalam perawatan pasien secara maksimal. Tetapi kami tetap akan berusaha walau di tengah posisi keterbatasan oksigen,” turup dr. Franky Sientoro. S.Pa saat ditemui benuanta.co.id, Rabu, 28 Juli 2021.(*)
Reporter : Kristianto Triwibowo
Editor: M. Yanudin