Stigma Politik Dalam Pandangan Milenial

Oleh: Riko Kristian

 

APA yang kamu pikirkan tentang politik? Sesuatu yang kotor dan penuh tipu muslihat atau bahkan kemunafikan? Itulah stigma politik yang dalam pandangan anak muda atau mereka yang awam dengan politik. Pandangan ini tidak sepenuhnya salah. Stigma ini muncul karena berangkat dari apa yang dilihat hari ini, tentang bagaimana kelakuan oknum politisi yang mempertontonkan kelakuan yang tidak terpuji mereka.

Contoh pertama adalah ketika politisi mengobral janji pada saat pilkada agar calon pemilih jatuh hati pada mereka, namun ketika terpilih janji tersebut enggan untuk dipenuhi. Namun yang terjadi adalah mereka sibuk menggunakan jabatan atau kekuasaan mereka sebagai tujuan untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Misalnya bagi-bagi proyek dan menggerogoti APBD dengan program yang tidak memiliki efek langsung untuk kesejahteraan masyarakat.

Baca Juga :  Pandangan Ekonom Terhadap Perekonomian Kaltara di Triwulan III Tahun 2024

Contoh kedua yang paling merusak citra politik adalah kelaukuan para politisi yang korup. Ini sudah menjadi rahasia umum bagaimana para aktor politik baik yang ada dalam sistem menggunakan jabatannya sebagai penghubung dari pihak ketiga (kontraktor) yang sudah memesan jatah proyek, sehingga tidak heran hampir setiap hari kita disuguhkan dengan berita  korupsi yang dilakukan oleh kebanyakan oknum pejabat politik dinegeri ini. Mulai dari media elektronik hingga media cetak 60 persen timne line beritanya adalah tentang kasus korupsi.

Lantas, haruskah anak muda menghindari yang namanya politik? Sebelum sampai pada jawaban ini, baiknya kita cari tahu dulu apa itu politik. Kata politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti kota yang berstatus negara (city state).

Baca Juga :  Pandangan Ekonom Terhadap Perekonomian Kaltara di Triwulan III Tahun 2024

Aristoteles dan Plato menganggap politik adalah suatu usaha untuk mencapai kehidupan (semua) yang lebih baik. Di dalam politik itu sendiri terjadi proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat (Negara) atau keluarga, sehingga nantinya akan mempengaruhi proses pembuatan keputusan demi keberlangsungan hidup bersama.

Dalam proses pengambilan keputusan tersebut membutuhkan yang namanya kekuasaan sebagai bargaining power (Kekuatan tawar menawar) .Maka, setiap individu atau aktor harus memiliki power atau kekuatan agar mampu mempengaruhi keputusan akhir. Kekuatan dapat berupa gagasan atau kemampuan mengelola ide yang nantinya akan melahirkan keputusan. Kesimpulanya politik adalah sesuatu yang mulia jika dijalankan dengan etika dan dituntun oleh moralitas (moral philosophy) sebagai manusia yang beradab.

Baca Juga :  Pandangan Ekonom Terhadap Perekonomian Kaltara di Triwulan III Tahun 2024

Sadar atau tidak sadar sejak berada dalam keluarga, kita sudah berada dalam lingkungan  politik itu sendiri, hanya saja lingkupnya lebih kecil. Sederhananya segala sesuatu yang melibatkan pengambilan keputusan untuk menuju kehidupan yang lebih baik itulah politik.

Jadi mulai sekarang mari kita ubah stigma atau pandangan buruk tentang politik. Saatnya kita anak muda menyiapkan diri untuk terlibat langsung atau tidak langsung dalam pengambilan keputusan dengan cara kita masing-masing dan dalam lingkup yang berbeda.(*)

 

*Penulis saat ini menempuh pendidikan magister ilmu pemerintahan di STPMD “APMD” YOGYAKARTA

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar

  1. Politik itu dinamis, jadi politikus itu harus punya karakter. Di tunggu buku nya keluar bro.