JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2020 tercatat 2,97% (yoy), lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia 4,4% (yoy).
Hal tersebut didorong oleh dampak penanganan pandemi COVID-19 yang mulai mempengaruhi kegiatan ekonomi baik dari sisi pendapatan, konsumsi, produksi, investasi, serta ekspor dan impor.
“Semula Bank Indonesia memperkirakan pengaruh dari penanganan pandemi COVID-19 baru mulai terasa di bulan April sampai dengan pertengahan Juni 2020, namun ternyata terjadi lebih cepat yaitu di bulan Maret 2020,” ungkap Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Rabu 6 Mei 2020.
Dari sisi pengeluaran, penurunan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 terutama dipengaruhi penurunan permintaan domestik. Konsumsi rumah tangga tercatat 2,84% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan kinerja pada triwulan IV 2019 sebesar 4,97% (yoy).
Investasi juga tumbuh melambat sebesar 1,7% (yoy). Respons stimulus Pemerintah melalui konsumsi Pemerintah yang tumbuh 3,74% (yoy) dapat menahan perlambatan permintaan domestik lebih dalam.
“Selain itu, ekspor neto berkontribusi positif dipengaruhi ekspor yang tumbuh 0,24% (yoy) dan impor yang mencatat kontraksi 2,19% (yoy),” jelasnya.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I termasuk salah satu yang tertinggi, lebih baik dari sebagian besar negara-negara lain.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan I 2020 tercatat -6,8% (yoy), jauh lebih rendah dari pencapaian di triwulan IV 2019 sebesar 6,0%.
Pertumbuhan ekonomi AS tercatat 0,3% (yoy) pada triwulan I 2020, meskipun tetap positif namun lebih rendah dari pencapaian di triwulan IV 2020 sebesar 2,3% (yoy).
“Sedangkan pertumbuhan ekonomi di Eropa, Singapore dan Korea Selatan pada triwulan I 2020, masing-masing-masing tercatat sebesar -3,3% (yoy), -2,2% (yoy), 1,3% (yoy),” tutur Perry.(*)
Reporter: Ramli
Editor : Nicky