TARAKAN – Meski Tiongkok yang merupakan wilayah pertama terinfeksi Covid-19, saat ini berangsur pulih dan roda perekonomian kembali berputar, tak menjamin mahasiswa Indonesia yang menimba ilmu di negeri Tirai Bambu itu dapat kembali dalam waktu dekat ini.
Salah satunya anak Walikota Tarakan, dr. H. Khairul, M.Kes, yakni Syadza Ulima Azalia Khair yang juga mahasiswa semester VI di Hubei University of Art and Science, Kota Xiangyang, Provinsi Hubei, Tiongkok, yang sejak 27 Januari lalu pulang ke Tarakan, dan belum bisa kembali untuk lanjutkan kuliahnya.
“Masih kuliah online sampai saat ini, dan beberapa hari sekali selalu terima email untuk mengimbau jangan pulang, jangan pulang dulu ke sana (Hubei),” ujar dr. H. Khairul, M.Kes kepada benuanta.co.id.
Menurutnya, meskipun saat ini kondisi di Wuhan setiap harinya berbenah dan terus menekan korban jiwa. Namun, Pemerintah Tiongkok juga masih melumpuhkan akses keluar masuk setiap orang.
Ditambah lagi, saat ini Indonesia merupakan daerah tertular dengan total jumlah kasus positif menjadi 1.677 orang, total pasien sembuh menjadi 103 orang, serta yang berakhir dengan kematian menjadi 157 orang.
Sedangkan tingkat kematian (case fatality rate/CFR) positif Covid-19 di Indonesia sendiri menjadi 9,36 persen pada hari ini. Di hari sebelumnya, Selasa (31/3), CFR menujukan angka sebesar 8,9 persen.
“Justru mereka juga lagi membatasi orang-orang masuk, sehingga di sana belum ada aktivitas. Semua masih online,” terangnya.
“Bukan hanya dari Indonesia saja, tapi negara lain pun begitu. Jadi mereka menyuruh mahasiswa yang ada di seluruh dunia itu tetap stay di negaranya masing-masing,” sambungnya.
Walaupun saat ini kegiatan perkuliahan hanya dilakukan via online, orang nomor satu di Tarakan ini juga menyebut, beragam ucapan semangat dalam menghadapi virus pandemi ini disampaikan pihak Universitas kepada putrinya.
“Setiap hari dari dosen (Hubei) terus memberikan semangat kepada mahasiswa, bahwa mudah-mudahan bulan Mei nanti kita (mahasiswa) bisa kuliah lagi. Dengan memberikan harapan-harapan seperti itu, tetapi mereka juga sangat berhati-hati juga, walaupun mereka sudah bebas Covid-19, tapi hampir seluruh dunia juga sudah terkena dan mereka tidak mau ambil risiko lagi,” tutupnya.(*)
Reporter : Yogi Wibawa
Editor : M. Yanudin