TANJUNG SELOR – Mengetahui adanya balita yang terkena penyakit Epidermolisis Bulosa dan gizi buruk bernama Muhammad Azam, Wakapolda Kaltara Brigjen Pol. Drs. Zainal Arifin Paliwang SH M.Hum langsung terpanggil untuk melihat langsung kondisinya.
Wakapolda langsung menjenguk Azam di ruang anak Casper Rumah Sakit Daerah Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor, Rabu 19 Februari 2020 sore tadi. Sisi humanis Wakapolda langsung timbul melihat kondisi kesehatan balita malang ini yang terkulai lemah.
“Setelah membaca berita online benuanta, terketuk hati saya unyuk ingin melihat langsung kondisi anak tersebut,” kata Brigjen Pol. Zainal A. Paliwang kepada benuanta.co.id.
Hasil bincang-bincang dengan ibu kandung Muhammad Azam, lanjut Zainal A. Paliwang, sewaktu di dalam kandungan belum terlihat gejalanya. Saat lahir, kondisi pertumbuhan balita ini baru terganggu. Karena di umurnya 25 bulan atau 2 tahun 1 bulan beratnya hanya 3 kilogram 1 ons.
Kedatangan saya minimal memberi semangat kepada ibu dan keluarganya, serta sedikit bantuan untuk meringankan beban selama di rumah sakit. Tidak banyak, yang penting ikhlas,” katanya menjawab pertanyaan benuanta.co.id.
Sementara itu, ibu kandung balita Muhammad Azam, Nurmaidah mengatakan, kondisi kulit anaknya sangat sensitif. “Jadi anaknya merasa gatal, jika digaruk akan luka,” ujarnya.
Kemudian anaknya terlihat pucat dan untuk ukurannya sangat dibawah ukuran balita sehat lainnya. “HB nya 3 seharusnya laki-laki itu HB 10,” sebutnya.
Kemudian selama ini hanya diberikan air susu ibu (ASI) karena tidak ada makanan yang cocok untuk Azam. “Ada makanan Proten tapi tidak ada sehingga lagi diusahakan ke Samarinda,” pungkasnya.
Sejauh ini kondisi Muhammad Azam sudah berangsur membaik. “Kondisinya sudah membaik setelah masuk ke sini pada hari Ahad kemarin,” ungkap Handoko orang tua Balita Azam kepada benuanta.co.id, Rabu 19 Februari 2020.
Muhammad Azam ini berasal dari SP 5, Desa Salimbatu, Kecamatan Tanjung Palas Tengah. Usianya saat ini 25 bulan atau 2 tahun 1 bulan. Balita Azam merupakan anak kedua pasangan Handoko dan Nurmaidah. “Kakaknya perempuan juga terkena penyakit ini dan sudah meninggal dunia. Jika panjang umur sudah berusia 5 tahun,” ucapnya.
Dia merupakan warga transmigrasi asal Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, yang mulai bermukim di SP 5 sejak tahun 2013 silam. Bekerja sebagai petani dan buruh serabutan untuk menghasilkan biaya sehari-hari. “Saya datang tahun kedua sebagai warga trans di SP 5 yakni tahun 2013,” bebernya.
Bantuan pun terus datang, baik dari Dinas Kesehatan maupun dari anggota dewan kepada anaknya. Ditambahkan Nurmaidah, anaknya selalu mengalami penurunan berat badan, saat ini beratnya 3 kilogram 1 ons di usianya 2 tahun. Kondisi bayi Azam pun terlihat kecil berbeda dengan balita pada umumnya. “Terlihat pucat karena HB-nya menurun,” ujarnya.(*)
Reporter: Heri Muliadi
Editor: Nicky Saputra