Pembudidaya Apresiasi Kunker Komisi II ke Pinrang, Tekankan Peningkatan Kualitas Rumput Laut

benuanta.co.id, NUNUKAN – Petani rumput laut mengharapkan kunjungan kerja Komisi II DPRD Nunukan menghasilkan solusi dalam upaya peningkatan harga dan kualitas rumput laut Nunukan.

Salah satu petani atau pembudidaya rumput laut di Mamolo, Kelurahan Mansapa, Kecamatan Nunukan selatan, Kamaruddin mengatakan ia secara pribadi sangat mengapresiasi anggota DPRD Nunukan yang melakukan kunjungan kerja melihat langsung kondisi pengelolaan rumput laut di dua pabrik yang ada di Pinrang, Sulawesi Selatan.

“Kunjungan itu bagus sekali, melihat kondisi disana untuk kemudian bisa diterapkan juga di Nunukan,” kata Kamaruddin kepada benuanta.co.id, Rabu (15/1/2025).

Baca Juga :  Airlangga: Kemenangan RI di WTO Bukti Biodiesel CPO Diakui Dunia

Dikatakannya, namun hasil kunjungan tersebut harus segera disampaikan kepada OPD terkait, baik penyuluh perikanan, dinas perdagangan agar memperhatikan budidaya rumput laut di Nunukan dengan mencarikan solusi dan inovasi terbaik.

Kamaruddin mengajak kepada para petani rumput laut untuk dapat terus berupaya meningkatkan kualitas rumput laut dan kadar air yang sesuai dengan permintaan buyer atau pembeli.

“Jadi yang penting itu kualitasnya jadi bisa langsung diekspor keluar dengan barang mentah tapi kualitasnya bagus. Ini yang harus kita tingkatkan dulu,” jelasnya.

Baca Juga :  Produk Perikanan dan Kayu Olahan jadi Primadona Ekspor Kaltara

Saat ditanya soal pembangunan pabrik pengolahan rumput laut di daerah Nunukan, menurutnya jika pabrik seperti itu dibangun di Nunukan tidak bisa, lantaran untuk pabrik seperti itu membutuhkan air yang banyak serta akan memakan listrik yang banyak.

“Sedangkan kita di Nunukan ini kan kesulitan air bersih, listrik juga seperti itu. Jadi kalau pabrik pengelolaan seperti di Pinrang ini mau dibuat di Nunukan rasanya tidak bisa,” ungkapnya.

Baca Juga :  Indonesia Buktikan Diskriminasi Uni Eropa atas Minyak Sawit

Bahkan, ia menyampaikan di Lingkar Nunukan ada pabrik pengeringan rumput laut, namun tidak berfungsi. Pabrik tersebut bisa melakukan pengelolaan rumput laut menjadi tepung namun tidak bisa berjalan lantaran tidak ada pasaran.

“Bahkan itu sekarang digunakan sebagai gudang penyimpanan rumput laut karena tidak beroperasi,” jelasnya.

Jika pabrik pengelolaan dibuat diluar Nunukan haruslah memiliki sumber air yang banyak. Namun menjadi persoalan apabila barang harus dikirim sehingga akan memerlukan tambahan biaya operasional. (*)

Reporter: Novita A.K

Editor: Ramli

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *