benuanta.co.id, TANJUNG SELOR – Bisnis Impor pakaian bekas hingga saat ini masih terus berjalan, meskipun mengganggu industri tekstil lokal. Namun penjualan pakaian bekas masih banyak diminati terutama pada kaum muda.
Selain brand terkenal dan harga yang terbilang cukup murah, sejatinya menggunakan pakaian bekas dari aktivitas thrifting tersebut berisiko terkena penyakit kulit.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Utara (Kaltara) Usman, tentu masyarakat dirugikan karena yang namanya pakaian bekas itu bahaya. Bisa jamur, bisa bawa penyakit.
“Jangankan pakaian bekas, di dalam satu keluarga saja kita harus menghindari. Tidak boleh bertukar pakaian, apalagi dalam kondisi tidak bersih,” ucapnya, Rabu (26/7/2023).
Bisnis pakaian bekas impor dilarang selain merugikan industri tekstil, pakaian bekas impor juga membawa jamur yang dapat mengganggu kesehatan.
“Kami mengedukasi konsumen bahwa dari hasil pengecekan di lab terhadap pakaian bekas impor ini mengandung jamur. Bisa mengganggu kesehatan,” tegas Usman
Adapun yang ditimbulkan pada kulit, kata Usman dapat menimbulkan rasa gatal, kulit kemerahan dan alergi bagi kulit yang sensitif.
“Berbagai macam dampaknya, sesuai dengan kuman yang menempel di baju itu namun secara umum, bagi kulit sensitif biasanya akan bereaksi gatal-gatal dan alergi,” katanya.
Jika pun masyarakat tetap membeli pakaian bekas tentu diharapkan untuk berhati-hati dan sebelum mengenakan pakaian bekas sebaiknya dicuci dan dijemur dengan tepat.
“Mencuci pakaian itu biasanya menggunakan detergen, dengan itu bisa membersihkan bakteri, kutu dan parasit yang menempel di pakaian” turunnya.
Selain dicuci, pakaian harus dijemur di panas matahari, bila disetrika bisa membunuh bakteri.
Ada proses pencucian yang tepat agar pakaian bekas itu layak digunakan
“Penyimpanan pakaian bekas juga harus menjadi perhatian, sebab penyimpanan pakaian yang lama bisa memicu timbul jamur dan debu,” jelasnya.
Dia menyarankan untuk mengantisipasi bahaya kesehatan kulit karena pemakaian baju bekas, sebaiknya pembeli menggunakan pakaian baru lokal.(*)
Reporter: Ike Julianti
Editor: Ramli