Mahasiswa Tingkat Akhir Rentan Depresi, Ini Saran Dinkes

benuanta.co.id, TARAKAN – Mahasiswa tingkat akhir rentan terkena depresi lantaran tertekan dalam menjalani proses skripsi, dampaknya bisa fatal bahkan bisa berujung pada kasus bunuh diri.

Sejumlah rentetan panjang kasus bunuh diri yang disebabkan depresi saat mengerjakan skripsi. Berdasarkan penelusuran benuanta dari sejumlah laporan yang diunggah mulai tahun 2008 hingga 2023 di antaranya, tahun 2008 seorang Mahasiswa Jogjakarta mengakhiri hidupnya lantaran skripsi tidak kunjung usai. Di tahun 2020, seorang mahasiswa Samarinda mengakhiri hidupnya lantaran tujuh tahun tidak lulus yang disebabkan skripsinya acap kali ditolak oleh dosen pembimbingnya.

Kemudian di akhir tahun 2020, seorang mahasiswa asal Palembang gantung diri menggunakan tali yang disebabkan pengerjaan skripsi, dan seorang mahasiswa asal Jambi melakukan gantung diri di kamar indekosnya lantan dirundung sejumlah masalah mulai pengerjaan skripsi, permasalahan keuangan bahkan konflik karena keluarga.

Baca Juga :  Dokter Ingatkan Perilaku Hidup Bersih-Sehat Cegah Diare di Musim Hujan

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tarakan, dr. Devi Ika Indriarti, M.Kes menjelaskan data tersebut tidak bisa digunakan lantaran karena subjektif atau menggunakan pandangan sendiri, artinya apakah benar penyebab stres karena proses pengerjaan skripsi.

Devi menilai hal tersebut tergantung terhadap pribadi seseorang, apakah orang tersebut mampu menghadapi tekanan demi tekanan dalam proses pengerjaan skripsi maupun dalam proses pekerjaan.

“Untuk menyiasati agar tidak tertekan dalam proses pengerjaan skripsi, seharusnya dalam proses pengerjaan tugas akhir tersebut ada baiknya segera dicicil agar tidak menumpuk, jangan ragu untuk berkonsultasi atau menyampaikan keluh kesah ke teman, kakak tingkat, maupun dosen pembimbing,” bebernya.

Baca Juga :  Dokter Ingatkan Perilaku Hidup Bersih-Sehat Cegah Diare di Musim Hujan

Devi mengungkapkan penyebab kesehatan mental remaja lantaran terpengaruh dengan teman sebaya ataupun pergaulan sosial, selain itu, kemudahan mengakses informasi saat ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental remaja, itu sebabnya perlu adanya kontrol terhadap penggunaan media sosial.

“Masing-masing generasi memiliki mental yang berbeda, hal tersebut dikarenakan tiap era ataupun masa memiliki kekurangan, kelebihan, bahkan tantangannya masing-masing, kesenjangan mental di tiap generasi disebabkan beberapa hal, seperti kemajuan teknologi, pola asih yang diterima di rumah, tempat pendidikan, tingkat pengetahuan, serta pendidikan agama,” ungkapnya.

Baca Juga :  Dokter Ingatkan Perilaku Hidup Bersih-Sehat Cegah Diare di Musim Hujan

Devi membeberkan sejumlah gejala remaja yang terkena gangguan mental di antaranya, perubahan perilaku, seperti marah tanpa sebab, selain itu terjadi perubahan mood, kesulitan berkonsentrasi, penurunan berat badan, rentan menyakiti diri sendiri dan muncul berbagai masalah kesehatan lainnya.

Agar terhindar dari permasalahan mental, Devi berpesan agar remaja diminta agar pandai memilih teman bergaul, selain itu dapat memanfaatkan kemajuan teknologi dengan baik, serta mendekatkan diri kepada Tuhan serta terbuka kepada kedua orang tua.

“Manfaatkan masa remaja sebaik-baiknya dengan mengukir prestasi dalam segala bidang,” tutupnya.(*)

Reporter: Okta Balang

Editor: Ramli

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *