benuanta.co.id, TARAKAN – Harga ikan tipis di jual di Jalan Pasar Beringin I, Kelurahan Selumit Pantai, Kecamatan Tarakan Tengah yang sering dijadikan oleh-oleh khas Kota Tarakan kini harganya menurun drastis. Saat ini harga ikan tipis tersebut mencapai Rp 110 ribu per Kilo (Kg).
Hasna (38) Penjual ikan kering menjelaskan bahwa ia baru membantu usaha bisnis keluarganya sejak tahun 2020 awal. Selain menjual ikan tipis, kios yang telah berdiri sejak 90 an juga menjual berbagai macam ikan asin dengan berbagai jenis, di antaranya, ikan asin bandeng, ikan asin gulama, ikan kerupuk, ikan teri, ikan asin otek, ikan asin putih, ikan asin merah, ikan asin otek, udang kering, udang papai serta bulu ayam.
“Jualan yang paling diminati warga ikan tipis dan udang kering, karena ciri khasnya Kota Tarakan, rata-rata pembeli berasal dari luar pulau. Selain untuk dikonsumsi sendiri, masyarakat lokal biasa membeli untuk oleh-oleh bagi sanak keluarga yang berada di luar Kota Tarakan,” terangnya.
Hasna mengatakan, saat ini harga ikan tipis sedang mengalami penurunan harga, saat ini harganya Rp 110 ribu per Kg. Jika harga normal naik hingga mencapai Rp 200 ribu per kilo. Dalam sehari, pembeli tak menentu, biasanya, kiosnya ramai dikunjungi pembeli disaat ada moment tertentu. Dalam sehari, Hasna meraup keuntungan mulai Rp 500 ribu hingga 7 juta.
“Kalau ada kedatangan sejumlah kapal besar seperti kapal KM Lambelu dan Bukit Siguntang lumayan pembeli, bisa pembeli memborong ikan tipis mulai 2 Kg hingga 9 Kg, selain itu, jika ada pasar Dayak di hari Senin dan kamis pembeli juga rame, karena pengunjung lokal biasa singgah usai berbelanja dari pasar Dayak,” ungkapnya.
Untuk ikan tipis dan udang kering, Hasna memiliki langganannya sendiri yang biasa ia ambil di sejumlah nelayan yang berada di pantai amal dan juata laut dengan kondisi siap dijual.
“Terkadang ada waktunya stok ikan tipis mulai berkurang bahkan stok kosong, namun, jika stok kosong atau berkurang, harga ikan tipis menjadi naik hingga mencapai Rp 200 ribu per kilo, barusan tahun ini harganya melonjak turun hingga Rp 100 ribu per kilo, hal tersebut disebabkan stoknya ikan tipis berlimpah, stok pengiriman luar daerah masih banyak, jadi stok milik nelayan tidak di ambil, mau tidak mau, ikan tipis tersebut di jual murah oleh nelayan, akhirnya pengecer seperti saya hanya menampung karena harganya murah,” ucapnya.
Dalam memastikan kualitas dagangannya terkhusus ikan tipis, Hasna membeberkan hal tersebut tergantung dari nelayan, karena kualitas yang dihasilkan tidak selalu baik, terkadang ikan tersebut basah. Yang menyebabkan ia harus merugi.
“Terkadang nelayan memberikan ikan tersebut dalam kondisi lembab dan basah, karena, pembeli tidak suka jika ikan tersebut tidak kering. Jadi saya harus teliti dalam berjualan, jika kualitas ikan tidak memenuhi standar, mau tidak mau saya harus buang. Jadi nggak selamanya untung terus, ini saja saya sudah rugi, jadi stok jualan saya belum habis, namun stok nelayan datang lagi, akhirnya ikan yang lama terkadang kita buang karena ada stok ikan yang baru,” bebernya.
Untuk tetap eksis dalam berdagang, Hasna hanya mengandalkan kesabaran dan pantang menyerah saat menjual sejumlah dagangannya.
“Karakter pembeli beda-beda, terkadang ada pedagang yang menuntut yang sempurna, terkadang ada pembeli yang menawar di bawah harga,” katanya sambil tersenyum.
Hingga saat ini, Hasna belum memiliki rencana dalam mengembangkan usahanya ihwal ikan tipis yang menjadi primadona khas tarakan, hal tersebut lantaran ia tidak memiliki modal yang cukup besar layaknya para pengusaha lainnya.
“Sebetulnya ada niat untuk mengirim ikan tipis ke Tawau, Malaysia, namun saya masih trauma lantaran pernah di tipu,” ujarnya.
Hasna mengisahkan kepada benuanta.co.id pengalamannya saat mengirim dagangannya ke Sebatik dan Tawau. Awal pengiriman lancar tanpa kendala, namun saat pertengahan, ketika barang sudah dikirim, pembeli tidak kunjung membayar. Kerugian yang dialami mencapai Rp 20 juta, hingga kini, pembeli tersebut baru membayar Rp 6 juta.(*)
Reporter: Okta Balang
Editor: Ramli