benuanta.co.id, TARAKAN – Fenomena diduga Water Spot atau angin puting beliung diketahui menghampiri perairan Kota Tarakan, Senin (13/6/2022) pagi.
Kepada benuanta.co.id, Richard seorang Anak Buah Kapal (ABK) memberikan informasi diduga angin puting beliung itu terjadi di perairan Tarakan, yang tak jauh dari wilayah pesisir Kecamatan Tarakan Timur.
Fenomena tersebut disaksikan oleh ABK, nelayan dan warga yang bermukim di pesisir Tarakan. Kejadian ini terjadi sekitar 08.26 Wita pagi. Secara kasat mata, water spot tersebut seperti gumpalan angin dan awan yang pusarannya mulai dari di atas awan hingga ke perairan.
“Ada puting beliung di atas perairan Tarakan, lokasinya tak jauh dari dermaga Lantamal XIII Tarakan atau sekitar Sungai Mamburungan, Pamusian,” terang Richard pagi ini.
Richard memantau fenomena langka itu dari atas kapal industri tempat ia bekerja. Ia juga menyampaikan posisinya kurang lebih berjarak 500 meter dari titik angin tersebut.
“Semakin membesar puting beliungnya,” tambah Richard.
Kemudian, seorang nelayan yang tengah beraktivitas di perahu pun melihat water spot di atas perairan Tarakan. Nelayan ini dalam sebuah unggahan video yang diterima benuanta.co.id, mengatakan kebenaran kejadian tersebut.
Ia berharap, angin puting beliung ini tak memicu kejadian yang membahayakan masyarakat Kota Tarakan.
“Angin puting beliung di atas perairan Tarakan. Wah bahaya sekali, semoga tidak terjadi apa-apa,” jelas Rustan yang juga Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Kaltara.
Angin puting beliung atau water spot ini mengundang banyak perhatian masyarakat. Berbagai unggahan video atau dokumentasi mulai dilakukan warga, meski tampak jauh dari Pelabuhan Tengkayu I dan titik lokasi lainnya.
Hingga berita ini diterbitkan, benuanta.co.id masih menunggu konfirmasi BMKG Tarakan yang telah memonitor cepat fenomena ini.
Namun demikian, konfirmasi pada beberapa waktu lalu, prakirawan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Tarakan, Nofrida Handayani Sodik, S.Tr menjelaskan bahwa water spot ini disebabkan oleh pertumbuhan awan konfektif yaitu awan cumolonimbus di Perairan Bunyu.
“Itu karena perbedaan suhu udara yang cukup signifikan sehingga menimbulkan tumbuhnya awan cumolonimbus di perairan,” jelasnya saat dihubungi, Selasa (7/6/2022).
Ia melanjutkan bahwa terjadinya water spot ini mengindikasikan cuaca yang signifikan. Seperti langit yang mendadak gelap seperti hujan diiringi dengan sambaran petir. Artinya hal ini cukup berbahaya jika terdapat masyarakat yang masih beraktivitas di lautan.
“Untuk masyarakat yang beraktivitas di perairan, jika sudah melihat tanda-tanda seperti langit gelap bentuknya sepertinya bunga kol, kemudian ada angin dan petir itu diharapkan waspada dan tidak melakukan aktivitas di laut, karena itu seperti pusaran angin,” pungkasnya. (*)
Reporter : Kristianto Triwibowo
Editor : Yogi Wibawa