Oleh: Akhid Ubaidillah
PILKADA Provinsi Kaltara yang akan dihelat 9 Desember mendatang, sisa 41 hari lagi. Gawean pemilihan langsung gubernur untuk kedua kalinya setelah tahun 2015 ini semakin seru. Debat pertama tanggal 25 Oktober lalu menyimpan catatan menarik.
Statement paslon tentang “Kita harus melakukan kerja sama dengan negara tetangga” sangat menarik bagi saya. Tidak banyak provinsi yang berbatasan langsung dengan negara lain. Selain Kaltara, ada Provinsi Kalimantan Barat, Papua, Nusa Tenggara Timur. Hal ini menjadikan Kaltara mempunyai sensitifitas tinggi di dalam ekonomi dan geo politik.
Provinsi Kalimantan Utara ibarat “Kepala Naga” yang ekornya menyambung konektivitas barang dan jasa ke provinsi lainnya. Kepala Naga itu berfungsi sebagai pintu masuk dan keluar produk ekspor impor. Rumput Laut yang berasal dari Tarakan dan Nunukan diekspor ke Tawau, lalu dikirim ke China melalui pintu Kaltara. Rokok yang dikirim ke Filipina berasal dari Jawa Timur. Distribusi rokok itu menjadikan Kaltara sebagai Kepala Naga dan Jawa Timur ekor produksinya. Belum komoditas ekspor udang, kepiting, pisang, durian menjadikan Kaltara pintunya.
Badan Karantina Pertanian Kelas ll Tarakan mencatat, ekspor pisang Kaltara ke Malaysia mencapai 38.500 kg. Geliat komoditas ekspor pisang sudah mulai, tinggal volumenya ditingkatkan. Kebayang kalau setiap keluarga menanam pisang 2 hektare. Aih…lahan yang terbuka, menjadi peluang untuk masyarakat. Apalagi pisang cocok di daerah garis khatulistiwa, sehingga ekspor menjadi kata kuncinya. Aspek geografis Kaltara sangat strategis sebagai pintu masuk ekonomi. Juga menyimpan potensi menyeramkan, yaitu distribusi narkoba melalui jalur tikus .
Kaltara menyimpan potensi ekonomi yang sangat besar dan startegis. Belum kita bicara kawasan industri berbasis logam. Potensi KIPI 11.000 hektare yang mencapai Rp 200 triliun, PLTA Kayan yang mencapai Rp 500 triliun. Membayang duit itu seandainya dibelikan krupuk mungkin sebanyak Kota Tarakan, bukan lagi sekarung atau serumah.
Pertanyaannya, apakah hal ini akan membawa kemakmuran masyarakat Kaltara? Apakah akan menyerap lulusan tenaga kerja dari universitas di Kaltara atau malah memambah gendut oligarki?
Saat ini adalah sangat krusial memilih pemimpin yang mempunyai komitmen untuk mengelola potensi ekonomi itu untuk kemakmuran rakyatnya. Kaltara membutuhkan nakhoda Kepala Naga yang bisa mengelola potensi untuk kemakmuran rakyatnya.
Pernyataan Bapak Zainal Arifin Paliwang untuk mengawasi 1.400 jalur tikus yang rawan penyelundupan, menunjukkan beliau paham betul kondisi lapangan jalur menyeramkan narkoba.
Bapak Yansen Tipa Padan menyampaikan untuk melakukan kerja sama dengan negara tetangga, menunjukkan paham apa yang harus dilakukan. Dua poin untuk menjadi Nakhoda Kepala Naga Kaltara terpenuhi. Done!! Kalau orang bule bilang.(*)
Catatan:
*Penulis adalah Mantan Ketum HIPMI Malinau
*Ketum Jaringan Pengusaha Nasional (JAPNAS) Kaltara
*Chairman ICT CEO FORUM Brunei Indonesia Malaysia Philipine East Asean Growth Area.