Jakarta – Sassuolo yang menghabiskan sebagian besar sejarahnya di kasta bawah dan sepak bola amatir Italia kini perlahan perkasa dan berkesempatan memuncaki klasemen Serie A selama 72 jam jika bisa mengalahkan Torino esok Jumat (23/10).
Dianggap oleh sejumlah kalangan sebagai ‘Atalanta baru’ berkat sepak bola menyerang tanpa henti dan kebiasaan melampaui ekspektasi, Sassuolo sudah mencetak empat gol di masing-masing tiga pertandingan terakhirnya dan sekarang menempati urutan kedua dengan 10 poin.
Kemenangan atas Torino yang sampai kini belum punya poin itu akan membawa tim asuhan Roberto De Zerbi itu unggul satu poin dari pemuncak klasemen AC Milan, yang baru bermain Senin ketika menjamu AS Roma. Itu artinya selama akhir pekan tidak ada yang bisa mengejar Sassuolo.
Dalam pertandingan lain, tim peringkat ketiga Atalanta yang mengemas 9 poin akan menjamu Sampdoria Sabtu, sedangkan Napoli yang mengumpulkan 8 poin mengunjungi klub promosi Benevento pada Minggu dan juara bertahan Juventus yang mengumpulkan 8 poin bakal menjamu Verona.
Sassuolo sudah membangun pijakan yang kokoh sejak masuk Serie A untuk pertama kalinya pada 2013 dan kini sudah masuk musim kedelapan berturut-turutnya di divisi elite.
De Zerbi adalah pengagum para pelatih seperti Pep Guardiola dari Manchester City dan Marcelo Bielsa dari Leeds United dan gaya permainan timnya mirip dengan dua tim Inggris itu.
Keyakinan pelatih berusia 41 tahun itu dalam menguasai bola begitu dalam sampai-sampai dia memuji Manuel Locatelli setelah gelandang itu memberikan penguasaan bola di tepi area penalti dan membiarkan lawan mereka mencetak gol saat menang 4-3 melawan Bologna.
“Kita tak boleh takut kehilangan bola karena itu bisa saja terjadi. Jika kita ingin bermain dari belakang dan mengambil inisiatif, kita akan terbayar nantinya,” kata dia.
Gelandang Filip Djuricic bahkan menolak kesempatan pindah ke AC Milan karena dia merasa Sassuolo adalah klub yang dikendalikan lebih baik.
“Semuanya bekerja, dimulai dari klub yang serius dan terorganisir yang selalu mengikuti ide,” kata dia. “Ini adalah jenis sepak bola yang mungkin tak dipahami semua orang, tapi inilah masa depan.”
Musim lalu De Zerbi memimpin Sassuolo ke urutan kedelapan. Ketakutan terbesarnya adalah tim ini tak mau bermain dalam jendela transfer ketika klub-klub besar merajalela. Tapi mereka bertahan utuh dan kali ini membidik posisi lebih tinggi.
“Kesepakatan terbaik kami adalah mempertahankan pemain-pemain kunci kami dan itu tidak mudah karena banyak diminati,” kata general manager Giovanni Carnevale. “Namun para pemain ini ingin tetap bersama kami karena mereka meyakini proyek Sasuolo.” (ant)