TARAKAN – Di tengah pandemi Covid-19, program Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa di Universitas Borneo Tarakan (UBT) tetap berjalan. Pada tahun sebelumnya, KKN regular mahasiswa masuk ke desa-desa yang membutuhkan.
Namun tidak berlaku pada tahun ini karena masih dalam suasana pandemi Covid-19. Mahasiswa hanya diperbolehkan KKN secara mandiri dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan Covid-19.
Sahran, Ketua LPPM / LP2M UBT mengatakan, tema KKN di 2020 ini “UBT Tanggap Covid-19”, maka mahasiswa melaksanakan kegiatan berkaitan dengan Covid-19 atau menjadi seorang relawan.
“Kita berharap mahasiswa menjalani KKN dengan hati-hati karena virus ini berbahaya, patuhi protokol kesehatan. Jadi KKN ini mulai Senin kemarin selama 25 hari paling lama 40 hari sesuai kebutuhannya, kami melarang mahasiswa berkumpul atau mengumpulkan orang,” ujar Sahran usai pelepasan 40 mahasiswa KKN UBT ke Palang Merah Indonesia (PMI) Tarakan, Rabu, 15 Juli 2020.
Nantinya, mahasiswa KKN ini dapat berpartisipasi dalam program penyemprotan disinfektan kepada tempat-tempat fasilitas umum (Fasum) bersama palang merah dan aktifitas lainnya yang bersentuhan dengan relawan.
“864 yang mengikuti KKN mandiri tersebar sampai ada yang di Surabaya, jadi laksanakan saja KKN di tempat masing-masing. Baru kali ini KKN seperti ini mau tak mau,” jelasnya.
“Programnya individu, kami harap ada dokumentasi yang bagus-bagus agar bisa dijadikan edukasi nanti, temanya tema tanggap Covid-19 ada sub tema lagi,” lanjut Sahran.
Ketua PMI Tarakan Dr. M. Yunus Abbas, M.Si menuturkan, palang merah merespon dengan positif mahasiswa KKN mandiri dari UBT. Dan ini pertama kalinya PMI menerima mahasiswa KKN.
“Saya ketua palang merah merespon baik program ini dan memberikan peluang kepada mahasiswa di UBT. Kami kaget awalnya 15 mahasiswa data yang masuk ke kami, kemarin sore masuk datanya lagi jadi 40 peserta untuk KKN di palang merah,” ujarnya.
Menurutnya, banyak program palang merah yang dapat diikuti oleh mahasiswa KKN diantaranya penyemprotan disinfektan, edukasi kesehatan, galang dompet peduli kemanusiaan (sembako), donasi kesehatan atau dompet peduli kesehatan, pembinaan generasi muda apakah PMR atau KSR, dan bagaimana membuat publikasi kegiatan tersebut.
“Harapan kita selesai KKN ada produk, misalnya dalam bentuk video pembelajaran, edukasi atau video sosialisasi kegiatan sekaligus dalam laporan kegiatan mereka,” imbuhnya.
“Kita juga dorong mereka mengidentifikasi data di kelurahan, mencoba menghimpun data di masyarakat, bukan hanya PMI, bisa juga untuk pemerintah kota atau lembaga lain untuk membantu. misalnya dampak sosial ekonomi, termasuk titik-titik mana yang perlu disemprot disinfektan, data yabg butuh sembako, mahasiswa terjun langsung ke masyarakat sekaligus dia ke masyarakat,” lanjutnya.
Ditambahkan Dr. Yunus, mahasiswa bisa lebih dini dapat mengumpulkan data-data untuk kepentingan tugas akhirnya saat melaksanakan KKN.
“Bisa saja dari sekarang mengambil data untuk tugas akhir atau skripsi, datanya bisa untuk PMI, pemerintah dan mahasiswa, dan apa yang dilakukan disini bisa digunakan diluar atau tularkan ke adik tingkatnya,” terangnya.
Mahasiswa yang melaksanakan KKN diharapkan menaati protokol kesehatan, sebelum masuk ke palang merah cuci tangan, di cek suhu, jangan berkumpul, dan jaga jarak.(*)
Editor: Ramli