Angka Ekspor Masih Bergantung ke Harga Pasar Dunia

benuanta.co.id, TARAKAN – Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BPPM HKP) Kalimantan Utara (Kaltara) mencatat hasil ekspor perikanan pada 2024 belum mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan 2023.

Inspektur Mutu Ahli Muda BPPM HKP, Darmansyah mengungkapkan, komoditas yang paling banyak diekspor yakni udang dengan rata-rata 500 ton per bulannya. Angka tersebut pun relatif sama, hanya saja mengalami perbedaan harga jual komoditas yang diekspor.

Hal ini disebabkan oleh harga komoditas perikanan yang diekspor ditentukan oleh pasar dunia. “Kita tidak bisa mencampuri terlalu dalam, karena itu mekanisme pasar dunia. Ketika hukum ekonomi berjalan permintaan banyak dan harga turun tetap akan jalan,” katanya saat ditemui, Senin (23/12/2024).

Baca Juga :  Jaringan Listrik PLTA Mentarang ke KIHI Mulai Disosialisasikan

Dalam melakukan ekspor, negara tujuan meminta dengan harga yang sudah disepakati oleh pasar dunia. Sehingga para perusahaan eksportir tidak mungkin membeli udang dengan harga tinggi ke para petani tambak.

“Kita pemerintah tidak bisa terlalu jauh mengintervensi pengusaha terkait harga ini. Kita hanya bisa mengawasi dan mengambil jalan terbaik. Saya salah satu anggota Satgas Harga Udang yang merupakan terobosan dari Bapak Gubernur Kaltara,” jelasnya.

Harga sendiri di setiap tahunnya, tak melulu dipatok dengan harga rendah. Apalagi jika memasuki bulan Juli hingga akhir tahun permintaan dari negara tujuan biasanya sangat melimpah.

Baca Juga :  2019-2023, Jumlah Pelanggan PDAM di Kaltara Meningkat 26.696

Adapun udang jenis windu menjadi primadona untuk ekspor ke negara Jepang, Uni Eropa, Amerika, Taiwan, Singapura dan Hongkong.

“Karena biasanya mereka akan mengejar tahun baru Cina dan natal tahun baru,” lanjutnya.

Ada juga komoditas ikan bandeng yang diminati oleh negara China. Namun, untuk ekspornya masih dinilai kurang hanya di bawah 100 ton per bulan. Lantaran harga jualnya lebih tinggi di pasaran lokal. Sehingga para petani tambak memilih untuk lebih banyak memasarkan di lokal saja dibandingkan di ekspor ke luar negeri.

Baca Juga :  Puncak Arus Mudik Nataru, 2.021 Penumpang Bertolak dari Pelabuhan Tunon Taka

Selain dua komoditas tersebut, rumput laut menempati urutan ke tiga untuk ekspor. Hanya saja, saat ini harga rumput laut tengah anjlok di harga pasar internasional.

“Potensi di Kaltara itu untuk bandeng bisa mencapai 400 sampai 500 ton lebih per bulan. Satu dua kali ada keluar untuk ekspor, ada ke timur tengah. Rutin masuk ke negara Timur Tengah, ada juga ke China ke Belanda dan ke Malaysia,” tutup Darmansyah. (*)

Reporter: Endah Agustina

Editor: Yogi Wibawa

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *