benuanta.co.id, NUNUKAN – Tugu Rupiah Berdaulat resmi didirikan ri Pulau Sebatik. Peresmian itu dilakukan langsung oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Doni Primanto Joewono Sabtu, 24 Februari 2024.
Dipilihnya Pulau Sebatik sebagi tempat Tugu Rupiah Berdaulat, lantaran berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Hal ini sekaligus menandakan transaksi di Pulau Sebatik wajib menggunakan mata uang Rupiah.
Deputi Gubernur BI, Doni Primanto Joewono mengatakan untuk memastikan ketersediaan mata uang dalam negeri, dan juga rupiah bukan hanya sekedar sebagai transaksi tapi suatu simbol kedaulatan negara. Sehingga rupiah wajib hadir di seluruh wilayah Nusantara, termasuk di wilayah perbatasan.
“Kita punya 11 negara yang berbatasan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” kata Doni.
Oleh karena itu, Sebatik dipilih untuk menggaungkan rupiah agar masyarakat menggunakan mata uang dalam negeri secara maksimal, sehingga tidak ada ruang sedikit pun selain rupiah digunakan masyarakat.
Salah satu bentuk untuk mengingatkan kepada masyarakat oleh karena itu Bank Indonesia pertama kalinya membangun Tugu Rupiah Berdaulat di daerah perbatasan di Sebatik.
“Makna pembangunan Tugu Rupiah Berdaulat ini bertujuan untuk menegaskan rupiah adalah kedaulatan negara, juga mengingatkan kepada masyarakat untuk menggunakan rupiah dalam setiap transaksinya,” jelasnya.
Doni Primanto Joewono menegaskan dengan negara tetangga jika ingin bertransaksi di Indonesia wajib menggunakan rupiah, inilah pesan utama dibangunnya Tugu Rupiah Berdaulat.
Sementara itu, Wakil Bupati Nunukan, H. Hanafiah berterima kasih kepada BI bersama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) serta kepada semua pihak yang terlibat di dalam usahanya selama ini, untuk memastikan pengedaran uang Rupiah di seluruh wilayah Kabupaten Nunukan.
Dengan peresmian Tugu Rupiah Berdaulat ini, menandakan bahwa setiap masyarakat Indonesia memiliki hak yang sama untuk mendapatkan Rupiah yang layak edar di Sebatik. Sebagai wujud kecintaan, kebanggaan dan pemahaman terhadap mata uang Rupiah di kalangan masyarakat Kalimantan Utara khususnya di Sebatik.
“Selama 5 tahun masyarakat Sebatik telah memiliki kecintaan, kebanggaan, dan pemahaman terhadap mata uang Rupiah yang terus meningkat. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan mata uang Rupiah yang sangat meningkat drastis. Rupiah telah digunakan pada setiap transaksi baik di pasar, minimarket, atau tempat lainnya,” ujarnya. (*)
Reporter: Darmawan
Editor: Nicky Saputra