Kelola Sampah jadi Barang Bernilai Ekonomis, Agus Triyanti Sabet Sejumlah Penghargaan

benuanta.co.id, TARAKAN – Indonesia kini diancam dengan gempuran sampah plastik. Hal tersebut menjadi atensi bagi pemerintah maupun masyarakat untuk bijak dalam mengelolah limbah tersebut.

Berdasarkan data dari Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jika Indonesia menghasilkan sampah 64 persen juta ton sampah plastik per tahun.

Aktifis Lingkungan dan Trainer Daur Ulang di Kalimantan Utara (Kaltara) Agus Triyanti menjelaskan, Ecobrik merupakan akhir dari pengelolaan sampah plastik yang tidak bisa diolah menjadi barang yang bernilai seni dan bernilai jual.

‘’Saya sudah menggeluti ecobrik sejak tahun 2015,’’ ucapnya.

Agus Triyanti yang akrab disapa Yanti mengatakan, pada 29 September mendatang ia akan memberikan edukasi ke sejumlah pengunjung musik alam fest 2023. Nantinya, sampah yang telah ditukarkan dengan tiket nantinya akan diolah menjadi barang yang bernilai jual.

Yanti mulai menggeluti dan fokus dengan ecobrik sejak 2018. Sebelumnya ia menyukai pembuatan kerajinan tangan, lantaran terkendala dengan bahan-bahan ia mencoba menggunakan sampah rumah tangga untuk dijadikan sesuatu barang yang bernilai ekonomis.

‘’Sampah plastik tidak dapat lapuk dan terurai sekalipun telah terkubur di tanah sekian puluhan tahun,’’ ungkapnya.

Berdasarkan pengalaman tersebut, Yanti berfikir keras untuk menjadikan sampah tidak dibuang dengan sembarangan dan memiliki sebuah manfaat. Alasan tersebut membuat Yanti mendaur ulang sampah plastik. Sebelumnya ia tidak mengetahui konsep ecobrik, usai menggali informasi melalui internet ia baru menyadari jika aktivitas yang ia lakukan termasuk ekobrik.

Baca Juga :  Jelang Nataru, Sembako di Nunukan Dipastikan Aman dan Harga Masih Stabil

‘’Perlahan saya mencoba membuat pagar guna menggantikan batu bata pada tanaman Lombok,’’ imbuhnya.

Atas hal tersebut munculah niat untuk menggali dan membentuk berbagai macam bentuk kreasi dari sampah. Pada peringatan hari kartini tahun 2022, Yanti salah satunya figur kartini lingkungan hidup Kaltara yang memperoleh piagam penghargaan dari Iriana Joko widodo sebagai figure perempuan berprestasi dan berjasa yang di dukung oleh DLH Provinsi Kaltara.

Untuk mendapatkan penghargaan tersebut Yanti harus menempuh seleksi ketat untuk mendapatkan figure penggiat linkungan sejati. Tentu Hal tersebut didapatkan berkat usaha gigih di bidang pengelolaan sampah dan menjadi pelatih setelah 4 tahun mendaur ulang sampah dengan mengikuti pameran dan menjual karyanya di sejumlah sekolah.

‘’Saya berkeyakinan jika tidak ada pekerjaan yang sia-sia,’’ bebernya.

Yanti memiliki motto dalam mengkampanyekan hasil karyanya dengan cara membagikan kerajinan tangannya ke sejumlah instansi pemerintahan, pedagang maupun masyarakat. Atas hal tersebut Yanti kerap mensosialisasikan kepada seluruh elemen masyarakat agar dapat mengumpulkan sampah yang nantinya ia kumpulkan secara mandiri.

Baca Juga :  Menko Zulhas Optimistis Penghentian Impor Gula Terlaksana pada 2025

Selain itu, Yanti bahkan harus merogoh koceknya sebesar Rp 10 ribu untuk membeli bekas plastik bekas milik pedagang minuman. Tiap seminggu sekali ia berkeliling mendatangi para pedagang maupun masyarakat untuk mengambil sampah plastik yang telah dikumpulkan.

Lantaran kerap memulung masker pada masa pandemi covid 19, Yanti kembali mendapatkan penghargaan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) lantaran menciptakan bunga berbahan masker. Setidaknya ada 5 ribu masker yang ia kumpulkan sejak tahun 2020 hingga 2021.

‘’Saya buat bunga masker dan dihargai Rp 2 juta dari Dinkes. Jadi sejumlah hasil karya yang saya hasilkan jarang tersimpan di galeri, semuanya habis terjual,’’ ujarnya.

Dalam menciptakan hasil karya dari sampah plastik, Yanti hanya mengerjakannya dengan seorang diri. Bahkan anak down syndrome bisa mengerjakan ecobrik. Hal tersebut justru dapat memotivasi masyarakat normal untuk mengumpulkan sampah dan membuat ecobrick.

‘’Anak down syndrome saja bisa mengumpulkan sampah dan membuat ecobrik, masa orang normal tidak bisa,’’ ungkapnya.

Yanti menuturkan sampah organik sangat mudah untuk diolah, namun sampah plastik sangat sulit. Tidak sulit bagi Yanti dalam mengkampanyekan soal sampah plastik, malah sejumlah daerah yang tidak dilayani dengan system persampahan seperti Desa Sekatak, Gunung Seriang, Desa Bumi Rahayu.

Dahulu masyarakat pedesaan di Kabupaten Bulungan mendapat kesulitan dalam mengolah sampah secara mandiri, akibatnya masyarakat masih gemar membuang sampah ke sungai. Sebelumnya Kepala Desa (Kades) sempat memberikan himbauan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah dengan sembarang. Namun hal tersebut tidak di indahkan oleh masyarkat.

Baca Juga :  Jaringan Listrik PLTA Mentarang ke KIHI Mulai Disosialisasikan

‘’Sejak saya melakukan pelatihan ke sejumlah desa, kini sampah tersebut mereka olah menjadi sejumlah kerajinan tangan yang bernilai ekonomis,’’ terangnya.

Yanti memiliki komunitas masyarakat peduli lingkungan yang telah berdiri sejak tahun 2018 dan telah bekerjasama dengan DLH Kabupaten Bulungan maupun DLH Provinsi Kaltara. Ia berharap agar masyarakat dapat memulai langkah dengan memilah sampah mulai dari rumah. Dengan hal tersebut bertujuan meminimalisir pembuangan sampah secara berlebihan.

‘’Kotak tisu berbahan bungkus makanan dan minuman yang paling laris di borong masyarakat, bahkan Gubernur Kaltara pernah membeli tas belanja dari bungkus kopi seharga Rp 300 ribu,’’ tuturnya.

Yanti juga mengkampayekan terkait pengolahan sampah menjadi barang unik kepada orang nomor satu di Kalimantan Utara dengan harapan dapat mengkampanyekan dan mencontohkan kepada masyarakat Kaltara.

‘’Sata berharap agar masyarakat Kaltara dapat menyadari jika lingkungan yang mereka tempati adalah hidup mereka. Tanpa lingkungan yang bersih tidak ada masyarakat yang sehat,’’ tutupnya.(*)

Reporter: Okta Balang

Editor: Ramli

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *