benuanta.co.id, Tarakan – Ribuan Ekor babi di Luwu Timur, Sulawesi Selatan di serang virus African Swine Fever (ASF) yang menyebabkan mati secara massal. Namun, hal tersebut tidak berlaku di Kota Tarakan. Sejumlah peternak babi bahkan tidak mengetahui jenis virus tersebut.
Balle (67) peternak babi mengaku tidak mengetahui kabar terkait babi mati secara massal. Saat ini, ia memelihara 3 ekor babi, selama 40 tahun bertenak babi, ia tidak pernah menemukan babi miliknya mati secara tiba-tiba.
“Jika babi saya kurang sehat, kami lapor dokter hewan baru disuntik lagi. Bahkan, setiap anak babi melahirkan, orang dinas datang memberikan suntikan kesehatan pada anak babi maupun induk,” terangnya pada Rabu, 17 Mei 2023.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Tarakan, Elang Buana menjelaskan sejauh ini belum ditemukan kasus ASF di Kota Tarakan. Namun, sejumlah daerah luar Kalimantan Utara (Kaltara) sudah terjangkit virus yang berasal dari Afrika tersebut. Salah satunya ialah Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Kaltim).
“Jika babi sudah terjangkit AFS akan terjadi kematian massal, seperti contoh di Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk sekarang alhamdulillah Kota Tarakan justru menjual babi ke sejumlah daerah di Provinsi Kaltara,” ucapnya.
Namun begitu, ia menyebut potensi Virus ASF tetap ada. Guna mencegah penyebaran virus tersebut, pihaknya melakukan langkah pencegahan dengan menerjunkan Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), untuk melakukan survei ke sejumlah peternak babi. Komunikasi antara petugas dengan peternak babi tetap digalakkan.
“Jika ada babi yang sakit atau tanda-tanda mulai terjangkit Virus ASF, maka tim PKH melakukan uji lab,” sebutnya.
Elang mengaku, sejumlah virus seperti kolera, ASF, maupun Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) belum ada ditemukan. Bahkan Balai Penyidikan Penyakit Hewan (BPPH) Banjar Baru akan datang ke Kota Tarakan untuk mengambil sampel darah disejumlah kecamatan. Tidak hanya pada babi saja, pengambilan sampel darah juga berlaku pada sejumlah hewan ternak seperti sapi, kambing, dan kerbau.
“Babi yang terkena virus ASF dapat menunjukkan ciri khusus seperti demam, diare, mengeluarkan cairan dan jika terjadi kematian, babi akan mati secara massal, masa inkubasinya juga panjang mulai dari terkena virus sampai 19 hari kemudian muncul tanda-tanda pertama,” paparnya.
Virus ASF bukanlah jenis penyakit zoonosis atau dikenal penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. ASF hanya menyerang babi secara umum, dan menyebabkan babi sakit dan mati secara massal. Elang menegaskan jika virus ASF tidak dapat menular ke manusia.
Rata-rata babi yang dipelihara masyarakat Tarakan berjenis Babi Landrace yang merupakan jenis babi dari Denmark dengan ciri sedang dan besar. Dahulu pernah dilakukan pembagian bibit babi kemudian saat ini semakin berkembang. Babi sekali beranak litter size atau jumlah banyaknya anak yang dilahirkan sebanyak 12 ekor, hal tersebut bergulir tiga kali dalam setahun.
“Saya mengimbau kepada masyarakat Kota Tarakan agar tidak membawa babi luar ke Kota Tarakan tanpa sepengetahuan petugas, hal tersebut sama saja kita menginokulasi atau memasukkan bakteri ke zona aman,” pungkasnya. (*)
Reporter: Okta Balang
Editor: Nicky Saputra