Hadiri Halal Bihalal Masyarakat Adat Tidung, Bupati: Ini Harus Bisa Dilestarikan

benuanta.co.id, NUNUKAN – Bupati Nunukan, Hj. Asmin Laura hafid, menghadiri kegiatan halal bihalal dan silaturahmi komunitas masyarakat adat Tidung di Kabupaten Nunukan yang digelar di rumah adat tidung Desa Binusan pada Ahad, 15 Mei 2022.

Laura menyebutkan, patut mensyukuri masih ada tradisi yang sangat baik selepas perayaan hari raya idul fitri di tengah masyarakat, yaitu halal bihalal atau saling memaafkan satu sama lain.

“Halal bihalal adalah tradisi yang hanya ditemukan di negara kita. Karena tradisi ini lahir dan berkembang dari karakteristik masyarakat kita yang mudah untuk memaafkan satu sama lain,” sebutnya Laura.

Baca Juga :  Musim Hujan, BPBD Nunukan Imbau Warga Waspada Banjir dan Longsor

Jika ibadah puasa ramadan akan membersihkan dosa, maka halal bihalal merupakan cara menghapuskan dosa dan kesalahan terhadap sesama manusia.
Melalui halal bihalal, diharapkan bisa saling memberi dan meminta maaf, sehingga pada akhirnya kembali bersih, suci, dan siap menjalani hari-hari mendatang dengan penuh rasa optimisme hubungan kekeluargaan.
“Saya atas nama pribadi, keluarga dan pemerintah Kabupaten Nunukan menyampaikan minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Pemerintah menyambut baik kegiatan ini dalam rangka meningkatkan persatuan dan mempererat masyarakat,” jelasnya.

Karena Masyarakat di Kabupaten Nunukan terdiri dari berbagai etnis, agama, adat istiadat dan budaya yang beraneka ragam, sehingga jika ikatan di antara masyarakat tidak terjalin dengan kuat, akan mudah sekali untuk dipecah dan diadu domba oleh pihak pihak lain yang tidak bertanggung jawab.

Baca Juga :  BPBD Nunukan Ajukan Rp100 Juta Dana Tanggap Bencana 2025, Biaya Tak Terduga Pemda Rp15 Miliar

Terpisah, Koordinator Lembaga Adat, H Sura’i mengatakan silaturahmi ini baru dilakukan oleh masyarakat suku Tidung, dengan tujuan untuk mempererat silaturahmi bersama kepala daerah dan beberapa masyarakat.

Acara ini digelar dengan rangkaian seni budaya tidung, meskipun nuansanya identik dengan Islam, namun kegiatan serupq dalam suku Tidung sudah ada sejak turun temurun sebelum Islam ada.

Baca Juga :  Operasi Lilin Kayan 2024, Polres Nunukan Turunkan 123 Personel

“Kita hidup di zaman modern, sehigga halal bihalal ini dipadukan dengan tausiyah agama dan dipadukan dengan  budaya seni khas tidung yang memang sudah ada,” jelasnya.

Seni budaya daerah banyak ditampilkan, dibandingkan dengan ceramah tausiyah, halal bihalal dilakukan untuk mengumpulkan saudara yang ada di berbagai tempat. Seni budaya yang ditampilkan adalah kuntauw, rudot dan ada juga jepen.

“Acara halal bihalal silaturahmi komunitas masyarakat adat Tidung di Kabupaten Nunukan akan direncanakan dilaksanakan setiap tahun, walaupun baru kali ini di gelar,” terangnya. (*)

Reporter: Darmawan
Editor: Matthew Gregori Nusa

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *