Dinkes Kaltara Nyatakan 40 Persen Pasien HIV Hilang Kontak

benuanta.co.id, TARAKAN – Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) terus gencar melakukan sosialisasi mengenai HIV/AIDS khususnya kepada remaja. Mengingat, HIV/AIDS merupakan serangan virus berbahaya yang dapat melemahkan kondisi organ di dalam tubuh.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltara, Agust Suwandy menjelaskan bahwa sekitar 40 persen pasien yang dinyatakan positif HIV Lost to Follow Up (LFU).

“Kami menyebutnya LFU atau kasus menghilang, ketika dia tau positif kemudian menghilang tidak mau diobati atau sudah berobat dia melarikan diri karena mungkin tidak nyaman minum obat,” jelasnya, Sabtu (1/1/2022).

Kasus LFU ini bisa diketahui dengan putusnya informasi dari pihak petugas kesehatan dengan pasien terkonfirmasi HIV.

“Yang bahaya dia malah kembali melakukan hal-hal yang tidak baik begitu, yang berpotensi menularkan,” ucapnya.

“Misal Wanita Pekerja Seks (WPS) Ketahuan HIV disini, kemudian dia pindah dan melakukan dengan tidak aman itu kita perlu waspadai,” sambung Agust.

Diakuinya, bahwa pengawasan kasus LFU cukup sulit dilakukan. Menurut Agust, hal ini bukan hanya peran pihak kesehatan saja, melainkan pencegahan dan pengendalian bersama.

“Tokoh agama juga harus mendukung, perda juga, tapi rata-rata perda di Kaltara sudah baik, hanya penerapannya saja termasuk penertiban THM,” sebutnya.

Agust lanjut menerangkan, bagi pasien yang terkonfirmasi bukan berarti tak dapat beraktivitas dengan normal. Semua itu dapat dilakukan dengan catatan harus rutin dalam mengkonsumsi obat-obatan yang telah diberikan layanan kesehatan.

“Kita juga ada klinik VCT konseling untuk HIV, kalau malu di puskesmas atau di rumah sakit bisa ke VCT saja dan diawasi pengobatannya. Sebenarnya kalau rutin minum obat kita akan periksa darah putihnya, kalau naik itu lebih baik dan tidak menjadi AIDS,” terangnya.

Sementara itu, untuk tingkat kematian karena HIV dikatakan Agust masih rendah. Namun, HIV dapat menjadi penyakit komplikasi dengan penyakit lainnya seperti Covid 19.

“Kemarin ada HIV yang kena Covid, terus meninggal ya karena daya tahan tubuh kan yang diserang. Bisa aja dia meninggal bukan karena HIV tapi karena Covidnya,” pungkasnya. (*) 

Reporter: Endah Agustina

Editor: Matthew Gregori Nusa

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *