benuanta.co.id, TARAKAN – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan intensitas hujan lebat di seluruh provinsi di Indonesia terjadi pada pekan Natal 2021 hingga pergantian tahun 2022.
Berkenaan dengan hal tersebut, BMKG Kota Tarakan melakukan edukasi berupa penyuluhan ke para petani agar dapat memahami dan menyesuaikan aktivitas bertani dengan iklim yang ada.
“Bidang pertanian ini erat kaitannya dengan iklim, agar mereka (petani) memahami kapan waktu yang tepat untuk melakukan penanaman, penyemprotan hama, atau pemupukan jadi memang diperlukan data klimatologi agar bisa menyesuaikan jadwal penanaman atau pemupukan,” ujar Kepala BMKG Tarakan, Muhammad Sulam Khilmi, Rabu (29/12/2021)
Melalui penyuluhan ini, pihaknya menyampaikan agar petani mengetahui terkait pengenalan cuaca klimatologi yang berubah-rubah.
“Terutama di masa-masa musim hujan kita upayakan memberikan informasi kepada petani agar mereka bisa mengambil langkah antisipasi. Kalau situasi tidak memungkinkan untuk menanam bisa diganti dengan variasi bibit yang tahan dengan kondisi sekarang,” tuturnya.
Selain itu, pihaknya juga mengimbau agar petani dan masyarakat dapat memantau aktivitas rilis cuaca yang diberikan BMKG dalam aplikasi cuaca dari BMKG Tarakan.
“Karena mereka belum tahu dan di mana dapat informasinya, dengan adanya sosialisasi ini bisa didapatkan melalui ini. Tentunya definisi gagal panen kan banyak salah satunya ya iklim curah hujan ini artinya dengan cuaca ini kita bisa bersahabat kita lebih bisa menyesuaikan apa yang bisa ditanam gitu,” katanya.
Sementara itu, Meisya, salah satu Kelompok Wanita Tani (KWT) yang turut hadir mengaku kerap mengalami gagal panen pada beberapa bulan terakhir.
“Saya itu ada tanaman Lombok, saya bahagia sekali Lombok saya berbuah merah-merah sekali tapi dia menjadi busuk. Padahal senang sekali saya,” kata Meisya.
Kata Meisya, penyuluhan ini sangat unik dan berguna karena petani juga sangat butuh pemahaman mengenai cuaca.
“Ya ini berguna juga sebenarnya, karena kan kita para petani kerap kali gagal panen karena tidak tahu antisipasi cuaca jadi kalau menanam kan sering rusak karena cuaca. Setidaknya kita bisa waspada dulu,” pungkasnya. (*)
Reporter : Endah Agustina
Editor : Yogi Wibawa