TANJUNG SELOR – Festival Olahraga Rekreasi Daerah (Forda) Ke-1 yang digelar di Tepian Sungai Kayan, menyita perhatian banyak orang. Tak hanya itu, kegiatan itu juga dirangkaikan dengan pameran batik hasil kerajinan tangan dari 5 kabupaten kota di Kaltara.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Kaltara, Hj. Rachmawati Zainal Paliwang mengapresiasi semua bentuk kearifan lokal yang diperlihatkan dalam stand di acara tersebut. Di antaranya budaya lokal batik, ukiran, hasil olahan pertanian, hasil olahan perikanan dan kelautan serta hasil alam lainnya.
“Saya melihat mereka itu batiknya sudah cukup bagus dan penuh semangat atas karyanya. Walaupun nantinya ada penambahan sana sini supaya lebih mahir,” ucapnya kepada benuanta.co.id, Selasa 30 Maret 2021.
Dia berharap agar para pengrajin ini memiliki cetakan atau master gambar batik yang dapat dicetak di dalam daerahnya sendiri. Sehingga tidak perlu lagi keluar daerah untuk mencetaknya. “Saya harap kedepannya kita punya pembordir andal seperti yang ada di Jawa Timur, Jawa Timur dan Jawa Barat khusus batik,” jelasnya.
Dirinya yakin para pengrajin batik di Kaltara memiliki kreativitas tinggi dan telah berinovasi, sehingga tidak meninggalkan kearifan lokal sebagai ciri khas daerahnya. Terlebih Gubernur Kaltara Zainal Arifin Paliwang telah mengimbau pemakaian Kaltara batik bagi setiap orang.
“Mudah-mudahan ada piala penghargaan dari pak Gubernur supaya bisa lebih semangat untuk ikut kejuaraan,” bebernya.
Hj. Rachmawati melihat antusias masyarakat yang ikut event sangat besar, tak lupa juga penerapan protokol kesehatan terlihat terjaga. Kedepannya kegiatan seperti ini akan tetap dijalankan lebih giat dengan menggandeng masyarakat terutama meningkatkan UKM.
“Setiap ada event daerah harus menggunakan kearifan lokal, baik dari pangan, pakaian bordir dan batik,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, kedepannya ada terobosan baru untuk mengambil pelajar SMK untuk belajar membatik di luar. Setelah mahir maka pelajar inilah yang akan memberikan bimbingan dan pelajaran membatik bagi masyarakat.
“Kita kirim keluar sebagai duta, setelah pulang mereka memberikan ilmunya kepada pemula. Nanti kita ambil dari setiap kabupaten kota untuk belajar,” tuturnya.
Bagi pecinta kopi tentu tak asing dengan kopi robusta. Nah salah satu hasil alam Kabupaten Malinau yang menarik perhatiannya yakni kopi yang dinamai dengan Kopi Asmara.
“Rasanya sangat luar biasa, kita harapkan restoran dan kafe agar utamakan pangan lokal seperti memakai kopi kita, setelah itu kita ekspor keluar Kaltara,” paparnya.
Saat ini Kopi Asmara asli Malinau belum dipatenkan. Sehingga dirinya pun berharap pemerintah agar segera mematenkan produk kopi ini. Supaya bisa setara dengan kopi daerah lain seperti kopi Lampung, kopi Gayo dan lainnya.
“Jika ingin dipatenkan maka harus memiliki rasa yang sama dan tidak berubah-ubah,” pungkasnya. (*)
Reporter: Heri Muliadi
Editor: M. Yanudin