TARAKAN – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kaltara mencatat Kota Tarakan mengalami deflasi sebesar -0,01 persen mtm sejalan dengan Kota Tanjung Selor yang juga mengalami deflasi sebesar -0,13 persen mtm. Dengan kondisi tersebut, Kalimantan Utara pada Februari 2021 tercatat mengalami deflasi sebesar -0,03 persen mtm. Hal ini berbeda dengan pola historis tahunan yang menunjukkan pada awal tahun Kaltara cenderung mengalami inflasi yang rendah.
Diterangkan Kepala KPwBI Kaltara, Yufrizal dalam rilisnya mengatakan deflasi disebabkan oleh rendahnya tekanan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang tercatat mengalami deflasi -0,70 persen mtm di tengah mulai adanya tekanan pada komoditas angkutan udara yang tercatat mengalami inflasi 1,52 persen mtm.
“Berdasarkan perkembangan tersebut, inflasi tahunan Provinsi Kaltara pada periode Februari 2021 sebesar 0,68 persen yoy atau berada di bawah kisaran sasaran inflasi 3,0 persen ±1 persen yoy,” terangnya.
Lima komoditas yang memberikan andil deflasi bulanan dari kelompok makanan, minuman dan tembakau antara lain kangkung -0,11 persen, ayam ras -0,06 persen, sawi hijau -0,05 persen, bayam -0,05 persen dan telur ayam ras -0,03 persen. Sementara itu, komoditas yang memberikan andil inflasi bulanan mtm terbesar yakni ikan layang 0,03 persen dan pare 0,01 persen. Terjaganya harga beberapa komoditas kelompok makanan, minuman dan tembakau pada Februari 2021 juga turut disebabkan oleh masih terjaganya pasokan bahan makanan di tengah masih belum kuatnya demand masyarakat.
“Inflasi kelompok transportasi dipengaruhi meningkatnya demand masyarakat terhadap angkutan udara. Hal itu setelah pada awal tahun lalu masih tertahan sejalan dengan adanya long weekend memperingati Hari Besar Keagamaan (HBKN) Tahun Baru Imlek pada pada Februari 2021. Secara tahunan, kelompok transportasi mencatat inflasi sebesar 1,52 persen yoy,” sebutnya.
Kata dia, ke depan inflasi akan tetap dijaga sehingga berada pada sasaran inflasi 2021, yaitu 3,0±1 persen. Untuk itu, koordinasi antara Pemerintah, Bank Indonesia dan lembaga terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus diperkuat dalam menghadapi sejumlah risiko yang dapat mendorong kenaikan harga.
“Beberapa langkah dapat dilakukan diantaranya melalui penguatan empat pilar strategi 4K yakni ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga dan komunikasi efektif dan inisiasi Kerjasama Antar Daerah (KAD) dengan daerah sentra produksi pangan. Di samping itu, sinergi Bank Indonesia dan Pemerintah akan terus difokuskan untuk mendorong peningkatan daya beli masyarakat selama berlangsungnya pandemi Covid-19 sebagai bagian dari upaya mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN),” urainya. (*)
Reporter : Reza Munandar
Editor : Nicky Saputra