Memasuki semester II 2020, fokus BRI yaitu membangkitkan kembali para pelaku UMKM, karena untuk restrukturisasi kredit di bulan Juni dan Juli sudah melandai dibandingkan dengan periode April dan Mei yang lalu. Gencarnya restrukturisasi yang dilakukan dibarengi dengan penyaluran kredit yang selektif mampu membuat rasio kredit bermasalah (NPL) BRI konsolidasian terjaga di angka 3,13 persen dengan NPL Coverage 187,73 persen pada akhir Juni 2020.
“Bagi kami, pertumbuhan yang sustainable dalam jangka panjang merupakan hal utama. Oleh karenanya kami berjibaku untuk memastikan debitur UMKM BRI bertahan karena menjadi sumber penggerak pertumbuhan ekonomi di Indonesia serta tumpuan bisnis BRI di masa depan,” ujar Sunarso.
Dari segi liabilitas, BRI mampu menumbuhkan Dana Pihak Ketiga (DPK) hingga dua digit. Hingga akhir Juni 2020, DPK BRI konsolidasian tercatat Rp1.072,50 triliun, tumbuh 13,49 persen (yoy) dimana pencapaian itu lebih tinggi dari penghimpunan DPK industri perbankan di Juni 2020 yang tercatat sebesar 7,95 persen (yoy). DPK BRI didominasi oleh dana murah (CASA) sebesar 55,81 persen.
Di sisi lain, pandemi mampu mendorong transaksi digital di BRI sehingga mampu mendongkrak pencapaian pendapatan berbasis komisi. Hingga akhir semester I-2020, pendapatan berbasis komisi BRI tercatat sebesar Rp7,46 triliun atau tumbuh 18,59 persen (yoy). Strategi yang telah diterapkan perusahaan untuk tetap tumbuh di tengah pandemi ini membuahkan hasil yang positif.
BRI juga mampu menjaga loan to deposit ratio (LDR) secara ideal di angka 86,06 persen, atau lebih rendah dengan LDR BRI di akhir Juni 2019 sebesar 92,81 persen. Sementara itu, permodalan BRI mampu dijaga dengan optimal dengan CAR 20,15 persen. Krisis yang tengah terjadi saat ini menjadi akselerator transformasi yang telah dilakukan BRI sejak 2016 lalu.
Sunarso menambahkan transformasi yang dilakukan juga sebagai upaya untuk menjaga keberlangsungan UMKM dengan membawa misi membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
“Meningkatkan produktivitas UMKM artinya sama dengan meningkatkan penyerapan tenaga kerja karena UMKM merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia,” kata Sunarso.(ant)