TARAKAN – Beragam upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan untuk mengatasi anjloknya harga ekspor udang windu yang selama ini menjadi keluhan petani tambak di Tarakan. Salah satunya melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Agrobisnis Pemkot Tarakan, yang akan membeli hasil tambak masyarakat dan harga jual yang sama dengan cold storage.
“Karena kita belum ekspor sendiri tentu kita komunikasi dengan cold storige. Tapi cold storage juga sudah buka harga ekspornya. Kami sudah cek di Karantina Perikanan harga ekspor kan ada tuh, dia beli berapa. Selebihnya nanti dari kita juga berapa harga yang dibeli cold storage, itu juga harga yang kita kasih ke petambak,” ujar Walikota Tarakan, dr. H. Khairul, M.Kes kepada benuanta.co.id
Menurut orang nomor satu di Tarakan ini, langkah tersebut diambil untuk mengatasi persoalan harga yang dikeluhkan petambak saat ini. Sebab, jika harus membuat cold storage sendiri, kata dr. Khairul, tentunya akan membutuhkan proses yang panjang. Mulai dari mempersiapkan lahan hingga mencari investor.
“Lama lagi, sempat habis masa jabatan (Walikota) belum selesai juga itu cold storage. Ini masalahnya sudah di depan mata, ya boleh sebenarnya itu tapi jangka panjang. Kita ini kan mau menyelesaikan permasalahan yang ada sekarang sambil kita perbaiki. Yang ada sekarang kita punya cold room, itu kita coba melalui investor. Tapi investor kan tergantung dia lihat lagi dan segala macam, ya mudah-mudahan bisa pelan-pelan,” terangnya.
“Sekarang yang di depan mata ini kan persoalan harga yang menurut saya bisa dilakukan intervensi melalui kita beli (hasil tambak), yang dibeli cold storage itu juga harga yang akan kita beli dari masyarakat. Tidak usah ambil untung, tidak usah ambil komisi, membantu saja itulah peran dari Perusahaan umum daerah,” tambahnya.
Meski telah difasilitasi Pemkot untuk membeli hasil tambak yang sekaligus juga sebagai upaya stabilisasi harga udang windu di Tarakan, nyatanya hal tersebut juga belum dimaksimalkan oleh petambak. Sebab, para petambak memilih untuk tidak menjual udang windu tersebut kepada BUMD, meski sebelumnya sempat ditawar dengan harga tinggi.
“Begitu sudah kita buka kemarin, tidak ada satu pun juga yang menjual ke Agrobisnis. Lucu juga kadang-kadang masyarakat ini, begitu kita sudah kasih naik harga, tidak juga dijual ke kita. Jadi bingung juga kita, ada apa gitu ya,” imbuhnya.
Kendati lebih memilih menjajakan udang windu ke para agen, mantan Sekertaris Daerah Kota Tarakan tahun 2013 hingga 2017 juga berharap bidang bisnis tersebut seharusnya dibenahi. Melalui rencana Pemkot untuk meminjamkan dana segar seperti yang dilakukan petambak kepada agen.
“Data yang saya dapat hampir 90 persen petambak ini sudah pinjam uang duluan ke agen-agen itu, jadi seperti terikat sebenarnya. Karena kalau minjam uang pasti ada sesuatunya gitu loh menghitung risiko ditinggal kabur dan sebagainya pasti dia (agen) hitung semua pasti. Mana ada pedagang mau rugi, jadi tidak mungkin ada yang bantu tulus ikhlas dalam bisnis itu tidak terjadi. Sehingga maksud saya bidang bisnis seperti itu lah yang mestinya dipotong memang,” urainya.
“Cuma persoalan kita belum punya duit ini untuk membantu petambak dan masih kita upayakan bagaimana memberikan pinjaman itu. Tapi karena ini uang negara tentu harus menjaga juga safety-nya supaya tidak terlalu berisiko. Itulah sulitnya karena memang sekarang ini mereka masih banyak diberi pinjaman, tapi akan terus kita upayakan sambil kita perbaiki untuk stabilisasi harga,” tandasnya.(*)
Reporter : Yogi Wibawa
Editor: M. Yanudin