TARAKAN – Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Tarakan melaksanakan simulasi screening kesehatan penumpang jalur udara di Bandara Internasional Juwata Tarakan, Ahad 19 April 2020.
Lokasi screening kesehatan pada awalnya di rencanakan di Labkesda Kota Tarakan. Namund engan berbagai pertimbangan, akhirnya pindah lokasi ke salah satu ruang bandara lama karena dianggap lebih efektif dan efisien.
“Ada masukan, menyarankan kalau bisa di bandara lama, karena bisa mengurangi pergerakan penumpang, kalau banyak pergerakan maka makin banyak pengaman yang harus dilakukan, jadi kita pindahkan ke bandara lama,” ungkap Walikota Tarakan dr. Khairul, M.Kes.
Secara teknis, penumpang yang tiba di Bandara Internasional Juwata Tarakan akan diangkut menggunakan bus menuju ruang bandara lama untuk menjalani pemeriksaan atau screening kesehatan sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19.
Hasil screening kesehatan oleh tim medis ini akan menetapkan seseorang yang datang dari luar daerah dapat langsung pulang atau di karantina bahkan dapat dirujuk ke rumah sakit rujukan sesuai kondisi kesehatan penumpang.
“Semua penjemput, termasuk penanggung jawab institusi, stafnya, kalau ada tamu menjemputnya di bandara lama,” jelasnya.
“Kalau perawatan kita lihat nanti, apakah kita kirim ke RS kota atau provinsi, kalau sakit sedang dirawat di RS kota, kalau yang berat sesak nafas butuh ventilator maka ke RS provinsi,” sambungnya.
Lebih lanjut dijelaskan dr. Khairul, bila terdapat penumpang yang punya gelaja atau ada di dalam komunitas positif Covid-19, seperti kemarin jamaah tabligh dan ada pertemuan gereja di Malinau yang terinfeksi, maka perlu notifikasi akan di karantina minimal 7 hari sampai mendapatkan swab tes.
Screening kesehatan juga akan dilaksanakan di pelabuhan di Malundung, pelabuhan kapal Feri. Saat ini, penumpang di pelabuhan Malundung relatif belum ada di karena Pemkot Tarakan sudah bersurat di Dirjen Perhubungan Laut hingga akhir masa tanggap darurat.
“Kalau barang boleh, termasuk kapal feri juga begitu,” ujarnya.
Tim medis yang disiapkan untuk screening kesehatan mencapai puluhan tenaga. Petugas yang mencatat dan memeriksa penumpang. Bahkan, setiap penumpang informasi dirinya akan dimintai secara rinci agar memudahkan tim gugus tugas melakukan tracing bila ada yang terjangkit Covid-19.
“Termasuk agamanya, kalau salat berjemaah di mana, kalau Nasrani ibadah di gereja mana, biar mudah kita melacaknya,” sebut Khairul.
“Sebenarnya dokter kalau untuk identifikasi dirujuk atau tidak, kalau menanya perawat saja bisa, apakah perlu dirawat atau tidak dan sebagainya,” tutupnya. (*)
Reporter: Ramli
Reporter: M. Yanudin