Jakarta – Kedua tim sama-sama kalah pada pertandingan pertamanya, sehingga laga Republik Ceko melawan Georgia dalam Grup F Euro 2024 di Stadion Volkspark, Hamburg, pada Sabtu malam pukul 20.00 WIB nanti merupakan partai hidup mati untuk memelihara harapan lolos ke babak 16 besar.
“Si Lokomotif” Republik Ceko menjadi lawan yang tersudut dalam pertandingan yang dimenangkan Portugal 2-1, dengan hanya bisa menguasai 26 persen distribusi bola.
Tim asuhan Ivan Hasek itu hanya bisa melepaskan lima tembakan ke arah gawang yang satu di antaranya tepat sasaran. Satu-satunya tembakan tepat sasaran ini adalah juga gol yang dibuat Lukas Provod.
Sebaliknya, Georgia relatif bisa mengimbangi Turki baik dalam penguasaan bola dan penciptaan peluang, walau kalah 1-3.
“The Crusaders” melepaskan total 14 tembakan yang lima di antaranya tepat sasaran dan menguasai 44 persen lalu lintas bola.
Kala melawan Portugal itu, Republik Ceko menjalani pertemuan antara dua tim berperingkat FIFA tertinggi di Grup F Euro 2024.
Sebaliknya, pertandingan Turki melawan Georgia merupakan pertemuan dua tim berperingkat rendah dalam grup itu.
Ceko yang berperingkat 34 pantas menyerah kepada Portugal yang berperingkat 6.
Demikian juga Georgia yang berperingkat 74. Mereka masuk akal menyerah kepada Turki yang berperingkat 42.
Namun, jika nanti tim berperingkat 34 menyerah kepada tim berperingkat 74, maka agak sulit diterima oleh akal sehat.
Dalam logika itulah, Republik Ceko yang berperingkat dua kali di atas Georgia, akan masuk lapangan Stadion Volkspark dengan keyakinan jauh lebih tinggi ketimbang saat mereka remuk 1-2 dihantam Selecao.
Dengan logika itu pula, “The Crusaders” akan menjalani pertandingan yang lebih sulit ketimbang saat menghadapi Turki dalam pertandingan pertama.
Ini bisa menjadi kekalahan kedua bagi tim asuhan Willy Sagnol, dan sebaliknya mengembalikan lagi Republik Ceko ke jalur kemenangan.
Profil Ceko lebih besar
Dua negara yang sama-sama berdiri setelah Uni Soviet tumbang pada Desember 1991 itu, adalah muka-muka baru Piala Eropa era pasca Perang Dingin.
Ceko yang sewaktu masih dalam kerangka Cekoslovakia adalah negara merdeka yang menjadi satelit Uni Soviet, sedangkan Georgia bekas bagian integral Uni Soviet.
Profil sepak bola Ceko sendiri jauh lebih besar ketimbang Georgia.
Mereka lebih sering mengikuti turnamen-turnamen utama sepak bola, bahkan dua kali menjadi runner up Piala Dunia dan sekali juara Piala Eropa sewaktu masih menyatu bersama Slovakia dalam negara Cekoslovakia.
Sejak menjadi negara mandiri, Republik Ceko tidak pernah absen dalam delapan edisi terakhir Piala Eropa. Mereka hampir selalu berhasil melewati fase grup, bahkan pada 2004 finis peringkat ketiga. Sebaliknya, Georgia baru menjalani debut Piala Eropa dalam edisi Jerman 2024 ini.
Bisa dibilang Georgia kalah pengalaman dari Republik Ceko dalam mengakrabi turnamen besar sepak bola di Eropa ini.
Tapi dari catatan riwayat sepak bola kedua tim, Republik Ceko dan Georgia tak pernah bertemu dalam kompetisi apa pun sebelumnya.
Jadi, pertandingan Sabtu malam nanti itu adalah pertemuan pertama Ceko dengan Georgia.
Di sini, Georgia harus waspada karena lawannya itu memiliki catatan istimewa ketika menghadapi tim-tim yang pertama kali mereka hadapi.
Sebelum ini, Republik Ceko mengalahkan lima dari enam tim yang berstatus baru pertama mereka hadapi. Mereka hanya sekali kalah melawan tim yang baru mereka hadapi, yakni Kosovo pada September 2019.
Namun demikian, Georgia masih berharap dari komposisi pemain mereka yang ternyata dari sudut nilai pasar sedikit di atas Republik Ceko.
Nilai kapitalisasi skuad yang menunjukkan level harga para pemain, acap menjadi petunjuk untuk perbedaan kualitas dan kebintangan pemain.
Ternyata, walau berperingkat paling rendah di Grup F, nilai pasar skuad Georgia sedikit di atas Ceko yang ternyata terendah di Grup F.
Portugal memuncaki soal ini dengan nilai 10 kali di atas Ceko dan Georgia, serta tiga kali di atas Turki.
Sayap versus tengah
Willy Sagnol bisa mengeksploitasi keunggulan kualitas individual pemain-pemainnya seperti dicerminkan dalam harga pasar mereka itu.
Sebaliknya, Ivan Hasek dapat mengoptimalkan keunggulan teknik dan pengalaman timnya.
Namun dalam urusan formasi dan rencana bermain, kedua pelatih sepertinya akan tetap memasang tiga bek tengah, dengan penekanan berbeda. Georgia tetap pada pola 3-5-2, sedangkan Republik Ceko setia kepada 3-1-4-2.
Baik Sagnol maupun Hasek juga cenderung mempertahankan sebelas pemain pertama seperti yang mereka turunkan pada laga pertama, kendati gagal mempersembahkan poin kepada mereka.
Lalu, yang perlu dicermati oleh Republik Ceko dari Georgia adalah kecenderungan pemain-pemain The Crusaders dalam memanfaatkan lebar lapangan untuk bergerak ke sepertiga terakhir permainan.
Ketika dikalahkan Turki, 60 persen dari total umpan yang diselesaikan Georgia terjadi di kedua sayapnya, terutama sisi kanan permainan mereka.
Oleh karena itu, kedua bek sayap Republik Ceko harus siap mengimbangi manuver para bek sayap dan winger Georgia. Ini juga akan menjadi tugas khusus bek kiri Vladimir Coufal karena Georgia lebih sering menyerang dari sisi kanan permainan, khususnya bek kanan Otar Kakabadze.
Sebaliknya, Republik Ceko memanfaatkan semua sektor lapangan saat dikalahkan Portugal, baik sayap maupun tengah.
Separuh dari total umpan yang diselesaikan oleh Tomas Soucek cs saat menghadapi Cristiano Ronaldo cs dalam pertandingan pertamanya, terjadi di sektor tengah.
Untuk itu, tiga gelandang tengah Georgia yang kemungkinan masih akan terdiri dari Giorgi Kochorashvili, Anzor Mekvabishvili, dan Giorgi Chakvetadze harus siap bertarung sengit dengan trio gelandang tengah Ceko yang berdiri membentuk piramida terbalik dengan poros pada kapten mereka, Tomas Soucek.
Inilah dua sektor terpenting yang bisa menentukan seperti apa hasil pertandingan antara kedua negara Eropa Timur ini. Republik Ceko lebih dijagokan memenangkan laga ini.
Sumber : Antara