benuanta.co.id, TANJUNG SELOR – Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi Kalimantan Utara, Imransyah, berharap masyarakat memahami jika stunting mengancam masa depan anak ke depan.
Ancaman tersebut dikarenakan stunting menyebabkan fisik pendek, kemampuan intelektual rendah dan kegemukan tidak normal di bagian perut.
“Program penanganan di daerah dengan persentase tinggi membutuhkan kerja lebih keras, karena banyak masyarakat yang belum memenuhi syarat hidup sehat,” kata Imransyah, Ahad (2/6/2024).
DP3AP2KB Kaltara memberi selamat kepada daerah yang menunjukkan progres positif penanganan stunting, yakni Kabupaten Tana Tidung, Malinau dan Bulungan.
“Selamat kepada daerah-daerah tersebut, tapi harus tetap kerja keras. Karena kita punya pekerjaan rumah untuk menurunkan stunting di angka 14 persen pada tahun 2024,” ujarnya.
Informasi yang dihimpun, terdapat 1.743 kader pendamping keluarga dari BKKBN RI yang bertugas di Kaltara. Jumlah ini dinilai cukup besar dan mampu memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat.
Kader pendamping keluarga memiliki tugas untuk memberikan pelayanan kepada pasangan yang hendak menikah, ibu hamil dan balita atau anak di bawah lima tahun. Secara detail, terdapat sekitar 4.200 warga yang menikah setiap tahunnya sehingga diasumsikan setiap pendamping mendampingi 4 orang dalam satu tahun.
Sementara itu, ada sekitar 9 ribu sampai 10 ribu kelahiran setiap tahun di Kaltara. Dengan kata lain, setiap pendamping akan mendampingi 5 ibu hamil. Adapun ada sekitar 20 ribu balita yang ada di Kaltara saat ini.
Kalau total semua berarti ada 34 orang yang butuh pendampingan. Dengan jumlah pendamping 1.743 kader, maka total satu pendamping akan mendampingi 15 sampai 20 orang per tahun.(adv)
Reporter: Ike Julianti
Editor: Ramli