benuanta.co.id, TARAKAN – Selama dibukanya kembali rute penyeberangan internasional Tarakan – Tawau, petugas custom Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tarakan menemukan barang yang dilarang untuk dibawa penumpang.
Barang tersebut adalah pakaian dan sepatu bekas yang dibawa penumpang dalam jumlah yang cukup banyak. Selain dilarang untuk dibawa penumpang, barang bekas tersebut juga tak boleh beredar di wilayah Kaltara.
Kepala Bea Cukai Tarakan, Johan Pandores mengatakan tak ada kompromi untuk barang-barang terlarang itu disita petugas. Selain itu, petugas juga menemukan penumpang didapati membawa handphone yang dibeli dari luar negeri dan dikenakan bea masuk.
“Penumpangnya juga kami berikan penjelasan dan akhirnya mereka memahami. Jadi sudah kami tindak, barang seperti itu tidak bisa masuk,” katanya, Senin (21/1/2024).
Ia melanjutkan barang bawaan penumpang yang disita akan diproses sesuai dengan alurnya. Menurutnya, tak masuk akal jika penumpang membawa oleh-oleh sepatu bekas dalam jumlah yang banyak. Pihaknya pun hanya menerapkan sanksi administratif saja ke penumpang yang bersangkutan.
“Itu satu koper besar isinya sepatu semua. Tidak masuk akal kalau dipakai sendiri. Kalau bawaan untuk pribadi tidak masalah. Penyelesaiannya nanti akan dimusnahkan,” sambung Johan.
Menurutnya, pelanggaran yang masih dilakukan penumpang lantaran sosialisasi terkait barang bawaan penumpang belum sepenuhnya dimengerti.
Selama ini, sosialisasi yang digunakan masih menggunakan formulir secara manual. Ia berencana aakan bekerjasama dengan agen kapal terkait sosialisasi aturan barang yang tidak boleh dibawa, dilarang dan dibatasi. Salah satunya sosialisasi berupa pamflet atau tayangan digital di dalam kapal.
Tak hanya itu, jika diperlukan custom declaration atau deklarasi pabean akan diberlakukan secara online.
“Kita masih mau koordinasi dulu dengan Kementerian Keuangan. Karena kan nanti akan ada satu kapal lagi yang akan melayani rute internasional ini, jadi dua kapal yang tiba dan berangkat dalam seminggu dengan rerata 50 sampai 100 orang setiap ada kapal,” tutup Johan. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Nicky Saputra