Berau Masuk Zona Merah Penyakit DBD

benuanta.co.id, BERAU – Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau, Garna Sudarsono menyebut saat ini, Berau sedang masuk zona merah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

“Kondisi zona merah ini memang dialami se-Kalimantan Timur. Termasuk Berau. Semua terjadi peningkatan kasus positif DBD,” ungkapnya Senin (15/1/2024).

Lebih lanjut, kata dia, sesuai data yang ada di Dinkes Berau hingga Januari 2024, terdapat 333 kasus positif dan 3 kasus kematian akibat DBD yang tersebar pada 21 Puskesmas di Bumi Batiwakkal.

“Dari jumlah itu, kasus terbanyak tercatat ditangani Puskesmas Kampung Bugis dengan kasus positif sejumlah 91 kasus dan kematian sejumlah 1 kasus,” ucapnya.

Pihaknya pun menyebutkan ada beberapa ditangani unit kesehatan setempat seperti Puskesmas Batu Putih 53 kasus positif, Gunung Tabur 45 kasus positif dan 1 kasus kematian, Tanjung Redeb 39 kasus positif, Sambaliung 36 kasus positif, dan Biatan Lempake 25 kasus positif.

Baca Juga :  Segera Diresmikan, Berau Bakal Punya Rumah Produksi Terasi 

“Selanjutnya Puskesmas Teluk Bayur 15 kasus positif, Talisayan 8 kasus positif, Labanan 5 kasus positif dan 1 kasus kematian, Merancang 5 kasus positif, dan berturut-turut Tanjung Batu, Segah, serta, Long Laai 3 kasus positif,” ujarnya.

“Sedangkan 6 Puskemas lain yakni Puskesmas Pulau Derawan, Tubaan, Biduk-Biduk, Kelay, Long Boy, dan Merapun masih 0 kasus,” tambahnya kepada benuanta.co.id.

Diakuinya, penyakit DBD merupakan penyakit berbasis lingkungan, karena itu, upaya pencegahan dan mengatasinya mesti dimulai dari lingkungan.

“Artinya lingkungan mesti dijaga melalui 3M. Lalu harus menutup, menguras, mengubur atau mendaur ulang tempat-tempat penampungan air,” bebernya.

Baca Juga :  Supaya Predikat Spesialis, 8 Dokter Umum Berau Kembali Sekolah

Bahkan dirinya mengatakan perlu ada abatisasi pada tempat yang mudah kena genangan air.

“Kemudian perlu dilakukan juga abatisasi pada tempat-tempat yang digenangi air termasuk bak mandi. Lalu fogging untuk yang positif,” tuturnya.

Ke depan, tambahnya, jumlah kasus positif DBD tersebut akan menurun apabila semua lapisan masyarakat bisa menjaga kebersihan lingkungannya dengan baik dan mampu menumbuhkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

“Teman-teman di Puskesmas juga sudah melakukan upaya-upaya seperti penyuluhan, sosialiasi, 3M, dan sebagainya untuk menekan peningkatan kasus ini,” imbuhnya.

Sementara, Plt Kepala Dinkes Berau, Halijah Yasin menambahkan kondisi zona merah DBD tersebut sebenarnya terjadi secara nasional.

Baca Juga :  Tim Darurat dan CSR PT Berau Coal 4 Hari Bantu Evakuasi Korban di Sukabumi

“Musim hujan menjadi salah satu faktor terjadinya peningkatan kasus DBD. Ini karena musim hujan juga. Dan bukan cuma di Kaltim, tapi se-Indonesia. Rata-rata di Jawa, DBD juga tinggi,” tegasnya.

Kendati demikian untuk mengatasi dan mengantisipasi persebaran penyakit tersebut dalam skala yang cukup luas, pemerintah daerah juga sudah membangun kerja sama lintas OPD hingga menjangkau pemerintahan kampung.

“Kami sudah buat grup khusus untuk antisipasi dengan melibatkan juga Dinsos dan BPBD. Camat juga sudah disuruh buat surat edaran untuk lurah dan kepala kampung agar bisa kerja bakti bersihkan lingkungan,” pungkasnya.(*)

Reporter: Georgie

Editor: Ramli

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *