benuanta.co.id, TARAKAN – Kemacetan yang kerap terjadi di Jalan Slamet Riyadi disebut karena sempitnya badan jalan, dan juga digunakan sebagai lahan parkir pertokoan.
Lurah Karang Anyar, Kecamatan Tarakan Barat, Mashuri menawarkan sebuah solusi, menurutnya, pemilik toko SR Baru wajib menyediakan kawasan khusus pengunjung, selanjutnya melakukan relokasi bagi pedagang pasar di sepanjang titik rawan kemacetan.
Selain itu, di sepanjang titik kemacetan tampak ditemui sejumlah kendaraan yang tengah parkir di tepi jalan yang diyakini sebagai penyebab kemacetan.
“Sebelumnya sudah pernah diwacanakan untuk dipindahkan ke Pasar Tenguyun. Melihat perkembangannya, ternyata pedagang kembali lagi ke Kampung Bugis, sehingga berdampak terhadap lalu lintas terkhusus jam sibuk, seperti jam turun kerja maupun jam pulang kerja,” ucap Mashuri yang baru menjabat 4 bulan sebagai Lurah.
Mashuri mengtakan kemacetan ini sudah seharusnya ditangani oleh pihak – pihak terkait yang membidangi.
“Yang berhak mengeksekusi ialah Dinas Perhubungan maupun Satlantas yang berperan aktif memperlancar lalu lintas di Kota Tarakan. Fungsi teknis inilah yang menciptakan sebuah formulasi dalam menanggulangi kemacetan,” tuturnya.
Berita Terkait:
Terkait retribusi dan pembagian hasil, kini telah dialihkan ke Perumda Tarakan Aneka Usaha atas kebijakan Walikota. Sebelumnya pihak kelurahan sempat menjadi pengelola retribusi pada 2021.
Terpisah, Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Tarakan, Mohdi menjelaskan terkait retribusi merupakan bagian Perumda, sementara pihaknya lebih lebih kepada peraturan.
Pihaknya menyinggung terkait penggunaan badan jalan sebagai lahan parkir, hal tersebut berbenturan dengan pengelola retribusi lahan parkir.
“Satu sisi jelas melanggar aturan, namun, akibat prasarana yang belum terpenuhi. Seharusnya, pemilik usaha wajib menyiapakan lahan parkir sebelum membuka usaha, seperti contoh di tempat usaha di Gunung Cakui,” tegasnya. (*)
Reporter: Oktav Balang
Editor: Nicky Saputra