TANJUNG SELOR – Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pada September 2022 mengalami inflasi sebesar 1,04 persen (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,58 persen (mtm), dengan dua kota IHK yaitu Tarakan dan Tanjung Selor masing-masing mengalami Inflasi sebesar 0,97 persen (mtm) dan 1,32 persen (mtm).
Meningkatnya tekanan inflasi itu diperkirakan bersumber dari peningkatan tekanan pada kelompok transportasi, makanan, minuman dan tembakau. Serta perumahan listrik, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya. Dari total 90 Kota IHK Nasional, Tarakan dan Tanjung Selor masing-masing menduduki peringkat 58 dan 22 inflasi tertinggi.
“Inflasi pada Kelompok Transportasi dipengaruhi oleh first round effect dari penyesuaian harga BBM bersubsidi pada awal September. Peningkatan inflasi ini dapat ditahan lebih tinggi berkat suplai yang meningkat dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau, seiring dimulainya masa panen raya di beberapa daerah penghasil komoditas holtikultura baik secara lokal maupun diluar wilayah Kaltara,” sebut Gubernur Kaltara, Drs H. Zainal A Paliwang SH, M.Hum, Rabu (12/10).
Secara merinci, berdasarkan dari data Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kaltara, kelompok transportasi (andil 1,04 persen) mengalami peningkatan tekanan inflasi, yaitu sebesar 8,10 persen (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 0,15 persen (mtm).
Meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok transportasi ini, terutama pada komoditas Bensin (0,94 persen) dan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (0,04 persen). Peningkatan inflasi pada Kelompok transportasi yang merupakan bagian dari administered price atau harga yang diatur oleh Pemerintah terutama dipengaruhi oleh penyesuaian BBM besubsidi pada awal September. Penyesuaian tersebut mempengaruhi tidak hanya biaya transportasi Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan saja, tetapi juga mempengaruhi harga angkutan udara dan angkutan darat.
Sementara pada kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Lainnya (andil 0,01 persen) mengalami penurunan tekanan inflasi sebesar 0,04 persen (mtm), lebih rendah dibanding bulan Agustus sebesar 0,23 persen (mtm). Penurunan tekanan inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh komponen Bahan Bakar Rumah Tangga terutama pada elpiji yang pada bulan sebelumnya memiliki andil 0,03 persen menjadi 0,00 persen pada September 2022. Namun pada komponen Semen mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen dibanding bulan sebelumnya yaitu 0,00 persen.
Disisi lain, Deflasi Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau (andil -0,06 persen) tercatat melanjutkan deflasi sebesar -0,20 persen (mtm) setelah sebelumnya juga mengalami deflasi sebesar -2,06 persen (mtm). Deflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau disebabkan oleh deflasi pada beberapa komoditas, terutama pada cabai rawit (-0,16 persen), Bawang Merah (-0,08 persen), Daging Ayam Ras (-0,05 persen), dan Ikan Bandeng/Bolu (-0,02 persen).
Gubernur mengungkapkan, program pengendalian inflasi harus terus dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui TPID guna menjaga tingkat inflasi Kaltara. Ia meminta koordinasi antara Pemerintah Daerah, Bank Indonesia, dan lembaga terkait yang tergabung dalam TPID di wilayah Provinsi Kaltara terus diperkuat.
“Ke depan, inflasi akan tetap dijaga sehingga berada pada sasaran inflasi 2022, yaitu 3,0±1 persen. Saat ini TPID Kaltara bersama dengan BI Kaltara telah melaksanakan gerakan penanaman sejuta pohon cabai Kaltara di Juwata, Tarakan,” tutur Zainal.
Meningkatnya Inflasi Kaltara pada September 2022 besumber dari kenaikan harga BBM yang memang sudah diprediksi akan mempengaruhi Inflasi. Namun, Ia optimis Kaltara bisa mengendalikan inflasi. “Kenaikan harga BBM jadi faktor penyebab kenaikan inflasi. Daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota bersama-sama harus mengendalikan inflasi ini,” tutup Gubernur. (dkisp)