“Rencana tersebut merupakan langkah tepat karena Indonesia bisa punya kontribusi makin jelas dalam konflik Rusia dan Ukraina yang kita ketahui bersama dampaknya sekarang makin kompleks,” kata Christina di Jakarta, Kamis.
Christina menilai langkah Presiden Jokowi tersebut memperlihatkan peran Indonesia makin nyata dalam mengusahakan perdamaian.
Menurut dia, sikap aktif Presiden Jokowi tersebut membuktikan Indonesia tidak hanya diam, tetapi sebaliknya memiliki keberanian mengambil sikap.
Ia mengemukakan bahwa situasi perang Rusia dan Ukraina sangat kompleks karena banyak negara ragu mengambil langkah. Namun, Indonesia berani melakukan pertemuan dengan Presiden Rusia dan Presiden Ukraina dengan pertimbangan utama kemanusiaan.
“Presiden Jokowi merupakan pimpinan negara pertama di Asia yang melakukan kunjungan ke Rusia dan Ukraina sehingga sudah sewajarnya kita apresiasi dan harus didukung,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI Retno L.P. Marsudi menyampaikan Presiden RI Joko Widodo akan melakukan kunjungan ke ibu kota Ukraina dan Rusia, yakni Kiev dan Moskow, dan bertemu dengan pemimpin masing-masing negara Presiden Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Vladimir Putin.
Retno mengatakan bahwa kunjungan Presiden Jokowi tersebut sebagai bagian dari rangkaian kunjungan Presiden ke luar negeri di akhir Juni. Hal ini dilakukan dalam situasi yang masih sangat kompleks. Hal itu terkait dengan peperangan yang masih berlangsung di Ukraina.
“Meskipun situasinya sulit dan masalahnya kompleks, sebagai presidensi G20 dan salah satu anggota Champion Group dari Global Crisis Response Group yang dibentuk oleh Sekjen PBB, Presiden Jokowi memilih untuk mencoba berkontribusi, tidak memilih untuk diam,” kata Retno.
Menlu menambahkan bahwa Presiden Jokowi akan menjadi pemimpin negara Asia pertama yang melakukan kunjungan ke dua negara tersebut sejak Rusia melancarkan apa yang disebut sebagai operasi khusus di Ukraina.(Antara)