Ketua DPRD Tarakan Respons Usulan Edukasi Seks Masuk Kurikulum

benuanta.co.id, TARAKAN — Meningkatnya kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak, khususnya anak perempuan, memunculkan dorongan dari masyarakat agar edukasi seks dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Meski belum menjadi pembahasan formal di lembaga legislatif, Ketua DPRD Kota Tarakan menyatakan dukungan terhadap ide tersebut, dengan catatan metode pelaksanaannya perlu dikaji secara serius.

Ketua DPRD Tarakan, Muhammad Yunus, mengaku hingga kini belum mendengar adanya usulan resmi terkait wacana tersebut. “Saya pribadi belum dengar langsung ada pembahasan soal edukasi seks masuk kurikulum di Tarakan,” ujarnya kepada benuanta.co.id, Selasa (1/7/2025).

Meski demikian, Yunus menilai pendidikan seks berbasis usia sangat penting untuk melindungi anak-anak dari bahaya kekerasan seksual. “Kalau memang ada usulan, saya setuju saja, tapi tentu metodenya harus dibahas dan didiskusikan dengan matang,” tegasnya.

Ia mengingatkan materi edukasi seks harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak dan norma sosial masyarakat. “Kita tidak bisa sembarangan memasukkan materi, ini menyangkut usia anak, budaya, dan sensitivitas orang tua,” tambahnya.

Menurutnya, penting untuk menghindari pendekatan yang justru bisa menimbulkan salah tafsir. Oleh karena itu, keterlibatan para ahli pendidikan, psikolog anak, dan pemuka masyarakat harus diperhitungkan sejak awal. “Saya kira perlu koordinasi lintas sektor supaya tidak terjadi penolakan atau kesalahpahaman,” tukasnya.

Wacana edukasi seks di sekolah ini juga mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat. Salah satunya datang dari Siti Rahma, ibu rumah tangga yang tinggal di wilayah Karang Rejo. Ia menilai anak-anak sudah seharusnya dibekali pengetahuan tentang tubuh dan batas aman.

“Saya setuju kalau ada pelajaran soal perlindungan diri dari pelecehan, apalagi sekarang banyak kasus,” katanya.

Senada dengan itu, Aditya, seorang warga Sebengkok Tarakan, menilai wacana ini seharusnya tidak menjadi tabu. Menurutnya, ketidaktahuan justru membuat banyak anak menjadi korban dalam diam. “Kalau tidak diajarkan, mereka bisa saja tidak sadar sedang dilecehkan,” ungkapnya.

Aditya menegaskan pendidikan seks bukan tentang pornografi, tetapi soal perlindungan diri. “Ini bukan hal yang tabu kalau dikemas dengan benar. Anak-anak perlu tahu cara menjaga dirinya sendiri,” tutupnya.

Meski belum menjadi agenda resmi DPRD, wacana edukasi seks mulai mendapat perhatian di tengah meningkatnya kasus kekerasan seksual pada anak. Banyak pihak berharap, jika kurikulum tersebut disusun dengan tepat, maka akan menjadi langkah preventif yang penting dalam melindungi generasi muda. (*)

Reporter: Eko Saputra

Editor: Endah Agustina

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *