benuanta.co.id, TARAKAN – Sejumlah pemuda yang tergabung di dalam Orang Muda Katolik (OMK) Gereja Santa Maria Imakulata Paroki Tarakan menggelar agenda tahunan yaitu Tablo.
Dalam istilahnya Tablo berarti pertunjukan lakon tanpa gerak atau tanpa dialog dari kisah kesengsaraan Tuhan Yesus Kristus.
Ketua OMK Gereja Santa Maria Imakulata Paroki Tarakan, Natalis menceritakan kepada benuanta.co.id, makna dari pagelaran visualisasi Yesus tersebut.

Dengan suasana tegang bercampur haru, Tablo ini berlangsung kurang lebih 2 jam lamanya. Natalis mengatakan bahwa tujuan dari pagelaran ini untuk membantu umat dalam hal lebih memahami dan menghayati pengorbanan Yesus di kayu salib secara visual.
“Dalam tradisi umat Katolik, Devosi yang rutin pada masa pra paskah adalah jalan salib pada setiap hari Jumat, jadi jalan salib ini lebih merupakan doa bersama dalam rangka lebih menghayati peristiwa penebusan Yesus di Salib,” ujarnya kepada benuanta.co.id, Sabtu (16/4/2022).
Perankan Tuhan Yesus, Yohanis Jawa Harap Lebih Kuat Iman
Dalam pagelaran yang berlangsung, peranan Yesus diambil alih oleh seorang pria bernama Yohanis Jawa. Menurut Natalis, OMK sengaja memberikan peran itu kepada Yohanis karena merupakan permintaan dari ia sendiri.
“Penyaliban Yesus merupakan suatu bentuk cinta kasih Tuhan kepada manusia, ini juga merupakan tanda penebusan dosa umat manusia,” tutur Natalis.

Sebagai pemeran Yesus, pria yang akrab disapa Jawa tersebut mengaku merasa bahagia. Meski diakuinya, ia benar-benar berperan layaknya Yesus yang mendapatkan penyiksaan dari orang-orang sekitar.
Dengan rambutnya yang agak sedikit gondrong, ia memantapkan perannya untuk menjadi visualisasi diri Yesus dari umat kristiani tersebut. Ia ditendang, diludahi bahkan dicambuk oleh para Algojo.
Algojo merupakan prajurit orang dari Pilatus yang merupakan semacam Kaisar dari kaum Yahudi yang tidak menyukai Yesus karena Yesus dianggap penghasut oleh orang Yahudi.
“Kenapa saya berperan sebagai Yesus itu sebenarnya mulai dari candaan, kami juga tidak yakin kalau kita akan mengadakan itu (Tablo), jadi awalnya saya main-main. Pas kebetulan kegiatan itu memang benar diadakan jadi saya ditunjuk dan saya harus siap,” ujar pria berdarah Nusa Tenggara Timur (NTT) itu.
Ia juga mengaku bahwa seusai memerankan Yesus, badannya dipenuhi dengan lebam akibat cambukan dan siksaan yang diberikan oleh para Algojo.
Namun, ia tidak mempermasalahkan hal tersebut. Karena menurutnya, pengorbanan Yesus kepada umat manusia sangat luar biasa dibandingkan visualisasi yang digelar pada Paskah kemarin.
Kisah inipun diangkat dari Injil Yohanes Pasal 18 Ayat 1 sampai pasal 19 Ayat 42, dimana terdapat firman Tuhan di Misa Paskah pada tahun ini.
“Rasanya ya sakit karena kan tubuh manusia mana yang tahan dengan cambukan, apalagi kemarin berkali-kali dicambuki, lumayan sakit dan lebam-lebam juga,” ucapnya.
Pria kelahiran 2 Oktober 1996 ini juga merasa bahwa ia harus lebih kuat lagi keimanannya. Ia juga bersedia memerankan kembali Tuhan Yesus jika ada momen serupa.
“Ya saya sebelumnya juga jarang ke gereja, jarang mengikuti kegiatan rohani, bahasa kasarnya kemarin iman saya diambang kehancuran memang, tetapi setelah memerankan ini bukan berarti iman saya jadi lebih baik, tetapi setidaknya saya berusaha untuk memperkuat iman saya,” tutupnya. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Matthew Gregori Nusa







