TANJUNG SELOR – Belajar dari pengalaman, Pulau Kalimantan memiliki sejarah kerap terjadi gempa. Dalam pantauan Stasiun Meteorologi Tanjung Harapan di Provinsi Kalimantan Utara, beberapa kali terjadi gempa dengan magnitudo ringan hingga sedang.
“Sebenarnya kita tidak benar-benar bebas dari potensi gempa, karena kita masuk dalam cincin api 3, walaupun jarang tapi ada,” ungkap Kepala Stasiun Meteorologi Tanjung Harapan Muhammad Sulam Khilmi kepada benuanta.co.id.
Untuk pendeteksian secara dini, pihaknya pun telah memasang alat sensor gempa di Kabupaten Tana Tidung (KTT). Berdasarkan historis tahun 2015 pernah terjadi gempa cukup besar, di mana episentrumnya berada di Tarakan namun dampak terparah di KTT.
“Makanya kita sudah pasang satu alat di KTT berupa sensor gempa tahun kemarin. Awal tahun kemarin juga kita rasakan ada gempa memang episentrumnya di KTT,” ucapnya.
Kemudian berdasarkan sejarah di Kalimantan Timur dahulu, sekarang telah menjadi Kalimantan Utara, pernah mengalami gempa 7,0 Skala Richter (SR), pusatnya di perairan Tarakan
“Sempat kejadian 2 kali, tidak salah tahun 1923 dan tahun sekian itu gempanya cukup besar. Dari sejarah itu bahwa Kalimantan berpotensi ada gempa,” paparnya.
“Untuk memperkirakan terjadi lagi, mohon maaf kami belum bisa, dengan kejadian itu kita hanya bisa waspada,” tambahnya.
Masih dikatakan Muhammad Sulam Khilmi, saat ini baiknya ditanamkan kepada masyarakat pendidikan mitigasi bencana. Sehingga ketika ada gempa, apa yang harus dilakukan, itu yang perlu disosialisasikan kepada masyarakat.
“Tentu ini tidak bisa berjalan sendirian ya, harus menggandeng stakeholder yang lain seperti BPBD. Saya rasa krusial itu pendidikan, kalau bisa dimasukkan dalam kurikulum sekolah itu lebih bagus. Karena teman-teman yang sering latihan dan simulasi saja masih bingung apalagi yang belum mendapatkan edukasi simulasi,” jelasnya.
Setidaknya dalam sejarah kegempaan di Kalimantan, BMKG mencatat di Kalimantan pernah terjadi 8 gempa besar. Pertama gempa disertai tsunami di Sangkulirang Kaltim pada tanggal 14 Mei 1921. Skala intensitasnya mencapai VII-VIII MMI, sehingga terdampak pada bangunan yang mengalami kerusakan sedang hingga berat.
Kemudian gempa di Tarakan ada beberapa kali, yakni pada tanggal 19 April 1923 kekuatannya mencapai 7,0 SR, dampaknya banyak bangunan yang rusak sedang hingga berat dan terjadi tanah yang merekah. Lalu di tanggal 14 Februari 1925, skala intensitasnya VI-VII MMI banyak bangunan rumah yang rusak dan di tanggal 28 Februari 1936 dengan skala intensitas mencapai 6,5 SR, banyak bangunan rumah yang rusak.
Lalu ada gempa di Pulau Laut Kalimantan Selatan pada tanggal 5 Februari 2008, skalanya mencapai 5,8 SR dampaknya dirasakan di Pulau Laut, Pulau Sebuku, Pulau Sembilan, Pagatan dan Batulicin.
Di tanggal 21 Desember 2015 lalu di Tarakan kembali terjadi gempa, memiliki magnitudo 6,1 SR dengan pusat gempa terletak di laut dengan jarak 29 km arah timur laut Tarakan. Gempa ini merusak banyak bangunan rumah dengan aktivitas gempa susulan sebanyak 16 kali.
Ada juga gempa Kendawangan Kalimantan Barat pada tanggal 24 Juni 2016, berkekuatan 5,1 SR dan gempa Katingan Kalimantan Tengah pada tanggal 14 Juli 2018. Skala intensitasnya sebesar 4,2 SR, gempa ini dirasakan di Katingan, Kasongan, Batutinggi dan Bengkuang. (*)
Reporter: Heri Muliadi
Editor: M. Yanudin