Peringatan Hari Bakti Ke-73 TNI AU, Kasau: Sederhana tapi sarat makna

Jakarta – Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengatakan peringatan Hari Bakti Ke-73 TNI AU pada tahun ini memang berlangsung sederhana karena pandemik COVID-19, tetapi sarat makna.

“Peringatan Hari Bakti Ke-73 TNI AU dilaksanakan secara sederhana dan dengan format yang berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya,” katanya, saat menyampaikan amanat pada upacara peringatan Hari Bhakti Ke-73 TNI AU, di Lapangan Apel Mabes AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu.

Pada upacara yang disiarkan secara langsung akun Youtube TNI AU itu, Fadjar menyebutkan pada peringatan Hari Bakti TNI AU tahun ini tidak ada rangkaian napak tilas sejarah hingga ziarah di Lapangan Ngoto, yang biasanya dilakukan terpusat di Yogyakarta, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga :  Prabowo Disambut Upacara Kenegaraan di Istana Al Ittihadiya, Mesir

Meski demikian, kata dia, TNI AU dalam hari baktinya pada tahun ini turut menyampaikan berempati dan memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak COVID-19.

“Meski sederhana, peringatan Hari Bhakti Ke-74 TNI AU sarat makna pengorbanan dan perjuangan prajurit TNI AU dalam berbagai misi kemanusiaan untuk bangsa Indonesia,” ujarnya.

Ia mengatakan TNI AU turut membantu penjemputan obat-obatan dan alat kesehatan dari China, dan membantu pendistribusiannya ke seluruh wilayah Indonesia.

Kemudian, kata dia, menyediakan rumah sakit dan tenaga kesehatan untuk membantu masyarakat, serta terlibat dalam sosialisasi adaptasi kebiasaan baru.

Justru pada masa pandemik COVID-19 sekarang ini, menurut dia, merupakan makna bakti yang sesungguhnya bagi prajurit TNI AU dengan semangat perjuangan yang sama dengan peristiwa bersejarah 29 Juli 1947 yang kemudian diperingati sebagai Hari Bakti TNI AU.

Baca Juga :  India Jajaki Kolaborasi Teknologi Rudal BrahMos dengan KSAL dan Menhan

Pada 29 Juli 1947, para kadet TNI AU dengan gagah berani mengobarkan perlawanan dengan menyerang markas-markas Belanda di Semarang, Ambarawa, dan Salatiga meski hanya menggunakan pesawat tempur peninggalan Jepang.

Namun, bersamaan dengan itu, TNI AU harus kehilangan perintisnya, yakni Komodor Muda Udara A Adisutjpto, Komodor Muda Udara Prof Dr Abdurrachman Saleh, dan Opsir Udara Adisumarmo Wiryokusumo ketika pesawat pengangkut obat-obatan yang ditumpanginya ditembak jatuh Belanda.

“Pada 1947, perjuangannya melawan penjajah, sementara saat ini melawan pandemik COVID-19. Mari dengan segenap tenaga dan kekuatan membantu pemerintah mengatasi pandemik COVID-19,” tuturnya.

Baca Juga :  Dua KRI Baru TNI AL Jaga Merauke dan Tarakan untuk Cegah Penyelundupan

Walaupun hidup di era yang berbeda, Kasau mengingatkan seluruh prajurit TNI AU harus mampu berjuang dan berbakti kepada negeri dengan semangat yang sama yang diwariskan pada pejuang pendahulu.

“Dengan mengambil nilai kepahlawanan 29 Juli, TNI AU berkomitmen siap mendukung adaptasi kebiasaan baru menuju Indonesia maju,” katanya menegaskan.

Hadir pada kegiatan upacara tersebut, Wakasau Marsyda TNI Fahru Zaini Isnanto, Koorsahli KSAU, para asisten KSAU, para kepala dinas jajaran Mabesau, serta perwakilan perwira, bintara, tamtama, dan PNS Mabes AU.

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *