TARAKAN – Pada Maret 2020, Kota Tarakan mengalami deflasi sebesar -0,46% (mtm) dan Kota Tanjung Selor juga mengalami deflasi sebesar -0,45% (mtm).
Dengan kondisi tersebut, Kalimantan Utara (Kaltara) pada Maret 2020 tercatat mengalami deflasi sebesar -0,46% (mtm), sejalan dengan pola historis di awal tahun yang relatif mengalami penurunan inflasi, didorong penurunan tarif angkutan udara terutama karena penyebaran wabah Covid-19.
Dampak wabah Covid-19, beberapa penerbangan menurunkan harga bahkan menutup rute ditambah stabilnya beberapa bahan makanan strategis di tengah shortage bawang putih dan gula pasir.
Berdasarkan perkembangan tersebut, inflasi tahunan Provinsi Kaltara pada periode Maret 2020 sebesar 0,15% (yoy) atau berada di bawah kisaran sasaran inflasi Nasional sebesar 3,0% ±1% (yoy).
“Deflasi di Provinsi Kaltara pada bulan Maret 2020 bersumber dari terkendalinya kelompok transportasi sebagai dampak dari turunnya harga tiket akibat pandemi covid-19,” ungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Utara, Yufrizal, Kamis 2 April 2020.
Kelompok transportasi tercatat deflasi sebesar -2,80%. Disamping itu, kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga mengalami deflasi sebesar -1,18% (mtm). Di sisi lain, kelompok perumahan, listrik, air dan bahan bakar tercatat inflasi 0,66% (mtm).
Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau pada bulan Maret 2020 mengalami deflasi sebesar -1,18% (mtm). Lima komoditas yang memberikan andil deflasi bulanan (%mtm) antara lain cabai rawit (-0,14%), tomat (-0,04%), bawang merah (-0,03%), udang basah (-0,03%) dan ikan bandeng (-0,03%).
Sementara itu, komoditas yang memberikan andil inflasi bulanan (%mtm) terbesar yaitu beras (0,03%), gula pasir (0,03%), apel (0,01%), rokok kretek filter (0,01%), dan ikan tongkol (0,01%).
“Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami penurunan dipengaruhi oleh menurunnya harga cabai rawit seiring adanya ketersediaan pasokan yang cukup,” jelasnya.
Selain itu, komoditas tomat, bawang merah memberikan andil deflasi seiring dengan masuknya distribusi komoditas tersebut di Maret 2020. Meskipun demikian, secara tahunan kelompok makanan, minuman, dan tembakau masih tercatat inflasi sebesar 1,18% (yoy).
Sementara itu, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, Dan Bahan Bakar Lainnya pada bulan Maret 2020 tercatat sedikit mengalami peningkatan sebesar 0,66% (mtm). Secara tahunan, kelompok tersebut mencatat inflasi sebesar 1,34% (yoy).
Komoditas tukang bukan mandor memberikan andil inflasi sebesar 0,03% (mtm). Hal ini terutama disebabkan oleh adanya penyesuaian upah ditambah dengan peningkatan pekerjaan renovasi rumah di wilayah Kaltara.
“Meskipun demikian, terdapat komoditas yang menjadi andil penahan deflasi tersebut, yaitu komoditas bahan bakar RT relatif stabil dengan andil deflasi sebesar -0,00%,” ujarnya.
Terjadinya deflasi pada bulan Maret 2020 utamanya didorong terkendalinya kelompok transportasi khususnya tarif angkutan udara. Penurunan tarif terjadi sejak bulan Februari hingga Maret 2020 dan ditambah adanya beberapa rute penerbangan yang ditutup sementara akibat menyebarnya wabah Covid-19 di Indonesia.
“Ke depan, inflasi akan tetap dijaga sehingga berada pada sasaran inflasi 2020, yaitu 3,0±1%. Untuk itu, koordinasi antara Pemerintah, Bank Indonesia dan lembaga terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus diperkuat dalam menghadapi sejumlah risiko yang dapat mendorong kenaikan harga, termasuk memitigasi dampak penyebaran Covid-19 terhadap inflasi Kaltara,” tutup Yufrizal. (*)
Sumber Berita: Bank Indonesia Provinsi Kaltara
Editor : Nicky