TARAKAN – Remaja usia di bawah 19 tahun atau sering disebut Gen Z, serta usia muda 20-39 tahun atau Gen Y menjadi generasi yang cenderung beralih memakai platform online untuk aktivitas mereka. Riset dari Nielsen menunjukkan bahwa sekitar 38 persen Gen Y dan 40 persen Gen Z mengaku lebih memilih sesuatu yang berbasis online dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Hal ini berbeda dengan generasi yang lebih tua. Masyarakat dengan usia lebih dari 40 tahun ternyata lebih sedikit yang beralih menggunakan sistem online karena mereka masih merasa nyaman layanan konvensional. Pesatnya perkembangan teknologi memang menjadikan internet sebagai penunjang bagi berbagai kebutuhan. Penetrasi internet ke pengguna usia muda menjadikan para remaja lebih memilih metode online dibandingkan konvensional.
Anggota Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI) wilayah Kalimantan Utara (Kaltara) Ferdiana Suniya Prawesti, S.Psi, M.Psi, Psikolog, menuturkan, penggunaan gadget memiliki dua dampak pada penggunanya, bisa berdampak positif bahkan negatif tergantung cara penggunaannya. Namun, bagi generasi Alpha (lahir antara tahun 2010-2024) penggunaan gadget harus melalui pendampingan orang tua.
“Khusus generasi Alpha masih muda-muda, perlu pendampingan orang tua setiap aktifitas yang mereka lakukan. Data penelitian WHO tentang penggunaan screen time (waktu yang dihabiskan menggunakan media digital yang memiliki laya, seperti TV, komputer, smartphone, tablet, gadget atau video game) pada anak, seharusnya sampai umur 18 bulan tidak terpapar pada gadget atau media digital lainnya,” ungkap Psikolog Diana, sapaan akrabnya kepada Benuanta.
Setelah anka berumur 2-5 tahun diperbolehkan menggunakan gadget. Itupun hanya 1 jam per hari dan dengan perminggu 15 jam dgn rasio 96% menonton tv dan 41% menggunakan tablet atau smartphone. Adapun hal tersebut harus dilakukan dengan adanya pendampingan dari orang tua, hindari anak untuk dibiarkan bermain gadget sendirian. Balita cenderung memiliki rasa penasaran yang cukup besar, sehingga saat bermain gadget anak ingin bertanya ada orang tua disampingnya yang dapat menjelaskan agar tidak membuka konten internet yang tidak sesuai untuk perkembangan anak.
“Jadi orang tua harus memberikan dukungan pada anak dan monitoring pada anak, misalnya anak membuka YouTube, orang tua harus tau apa yang dibuka anak pada YouTube itu. Anak balita tingkat penasarannya tinggi, sehingga pendampingan ayah dan ibunya perlu sebagai perantara anak ketika mereka bertanya, sehingga orangtua bisa mengarahkan jawaban ke hal-hal yang positif dn sesuai dengan usia anak” jelasnya.
Bagi anak yang sudah terpapar atau kecanduan penggunaan gadget, banyak faktor penyebabnya seperti faktor keluarga dan lingkungan. Psikolog Diana pernah menangani seorang anak yang mengalami perlambatan perkembangan pengaruh kecanduan gadget. Pada usia 5 tahun anak belum dapat berbicara sesuai dengan anak-anak seusianya. Anak diberikan gadget oleh orang tuanya dan orang tua sibuk bekerja dari pagi hingga malam.