Robohnya Rangka Baja GOR Ditelusuri TP4D Kejari

Diduga Ada Kelalaian, Konsultan Sebut karena Faktor Alam

TARAKAN – Robohnya rangka baja bangunan gedung olahraga atau sport center yang berada di samping Masjid Islamic Center, Sabtu (23/11/2019) berbuntut panjang. Apakah karena faktor alam atau kelalaian dari kontraktor.

Seperti disampaikan Ketua Gerakan Masyarakat Peduli Korupsi (GMPK) Kalimantan Utara, Akbar Syarif, runtuhnya rangka baja bangunan itu besar kemungkinan bukan karena force majeure. Sebab kriteria force majeure ini ada tiga macam. Yakni bencana, kerusuhan, dan perang. Sementara semua faktor itu tidak terpenuhi.

“Kalau dikatakan bencana, tidak ada bencana belakangan ini, lalu kerusuhan juga tidak terjadi. Begitu juga seperti kita ketahui, tidak terjadi perang. Jadi dugaan force majeure tidak ada,” tegasnya.

Diketahui, ini merupakan proyek pembangunan fisik gedung olahraga milik Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Tarakan yang di kerjakan oleh PT. Thalia Mitra Persada Tarakan, dengan anggaran sebesar Rp 13,7 miliar. Di mana pembangunan gedung ini ditangani Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Tarakan.

Sehingga robohnya rangka baja bangunan sport center itu mengarah kepada kelalaian dari pekerjanya. “Saya menduga dari pekerjanya. Sehingga saya berharap ini harus segera diambil tindakan. Seperti dari anggota DPRD yang membidangi agar segera turun tangan untuk meninjua ke lokasi,” terang Akbar.

Tak hanya dari DPRD, instansi terkait juga diharap terjun ke lapangan untuk mengecek. Sebab besarnya anggaran yang digunakan untuk pembangunan gedung olahraga ini, mesti mendapat perhatian serius dari stakeholder terkait. Jangan sampai uang sebesar itu digunakan untuk membangun gedung olahraga, namun hasilnya mengecewakan.“Untuk itu saya berharap agar segera diselesaikan persoalan ini, jangan sampai berlarut-larut,” ujarnya kepada benuanta.co.id.

Baca Juga :  Pelaku Pembunuhan Teman Gegara Disebut ‘Dilan’ Dituntut 10 Tahun Penjara   

Direktur CV Graha Nusantara, Slamet Widodo yang juga konsultan pengawas dalam proyek ini menjelaskan, dalam proses pengerjaan finishing rangka baja tersebut harus dalam keadaan terkunci semua. Namun sebelum semuanya dalam keadaan terkunci, para pekerja sedang beristirahat untuk makan siang.

“Ketika istirahat itu tiba-tiba ada angin kencang yang kemudian mendorong rangka baja tersebut dari arah samping dan mengakibatkan robohnya kuda-kuda itu,” jelasnya kepada Benuanta.

Slamet menegaskan, peristiwa ini murni karena faktor alam dan bukan karena faktor lainnya. Karena secara teknis telah dilakukan perhitungan yang matang, baik dari segi struktur maupun tekanan angin. “Itu anginnya bukan angin biasa, tapi semacam angin puting beliung jadi gimana mau hitung itu. Kalau tekanan anginnya sudah kita hitung,” tambahnya.

Progres untuk pembangun GOR itu sendiri saat ini sudah mencapai 73 persen. Di mana pemasangan rangka baja tersebut belum termasuk kedalam pencapaian progres. Sehingga pihak konsultan langsung memerintahkan kontraktor pelaksana untuk segera melakukan pergantian terhadap barang yang rusak tersebut.

“Barang itu langsung diganti, pesan langsung dari Surabaya. Tetapi bagaimana pun dalam proses pelaksanaan belum diserahkan kepada pemerintah. Itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari pihak kontraktor,” ungkapnya.

Seluruh kerugian yang ditimbulkan dari musibah ini, kata Slamet Widodo, sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab dari kontraktor pelaksana. Sementara pemerintah tak mengalami kerugian sepeser pun.

Sementara itu, Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setkot Tarakan, Jamaluddin menjelaskan, pemerintah sudah melakukan peninjauan ke gedung olahraga melalui dinas terkait. “Walaupun bagaimana itu tetap dilaksanakan sesuai dengan kontrak,” pungkasnya.

Baca Juga :  Belasan Jukir Liar di Tarakan Diamankan Tim Saber Pungli

Peristiwa robohnya rangka baja milik Dinas Pemuda dan Olahraga ini juga mendapat tanggapan dari pihak akademisi Jurusan Teknik Sipil, Universitas Borneo Tarakan (UBT). Saat dikonfirmasi benuanta.co.id, Dosen Teknik Sipil di Fakultas Teknik UBT yang berkonsentrasi di bidang struktur rangka baja, Miftahul Iman menjelaskan, baja memiliki mutu material atau kekuatan yang relatif lebih tinggi dibandingkan jenis material lainnya.

Namun di balik kekuatannya tersebut, terdapat empat masalah yang dapat menyebabkan kekuatan dari baja tersebut menghilang. Pertama api (suhu), kedua beban titik, ketiga korosi, dan keempat slenderness atau efek kelangsingan. “Ya menjadi fokus kita di sini dan semoga matching itu yang saya sebut slenderness atau efek kelangsingan. Di mana kelangsingan itu adalah perbandingan antara panjang batang terhadap jari-jari kelengkungannya,” jelasnya.

Miftahul menggambarkan tentang teori kelangsingan ini seperti kita memiliki luas profil baja berukuran 10×10 dan tingginya sekitar 10 Centimeter. Sehingga saat ditekan-tekan itu tidak terlalu berpengaruh. Berbeda halnya saat profil baja tersebut tingginya mencapai satu meter atau bahkan dua meter.

“Kalau tingginya itu hanya sepuluh centimeter, jika anda tekan-tekan tidak akan terlalu pengaruh, beda halnya kalau tingginya sampai satu atau dua meter, didirikan saja itu sudah langsung letoy,” terangnya.

Yang menjadi pertanyaan dari berbagai kalangan saat ini adalah mengapa rangka baja tersebut sampai bisa roboh. Dan berdasarkan analisis dari video yang beredar, ia melihat runtuhnya rangka baja tersebut bukan terlepas dan terlihat adanya lendutan. “Runtuhnya itu tidak terlepas dan dia muncul seperti ada yang melendut, itu kalau kita lihat sepintas ya,” tambahnya.

Baca Juga :  Dinsos Tarakan akan Segera Pulangkan Korban TPPO

Sementara itu, Tim Pengawalan dan Pengamanan Pemerintah dan Pembangunan Daerah (TP4D) Kejaksaan Negeri (Kejari) Tarakan telah meminta dan melakukan koordinasi dengan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Tarakan, untuk segera melakukan perbaikan dan melanjutkan pekerjaan tersebut.

Namun sebelum dilanjutkan, Kejaksaan Negeri Tarakan meminta agar seluruh kerusakan yang terjadi sebelumnya untuk diperbaiki terlebih dahulu dan kemudian perkerjaan dilanjutkan sesuai dengan kontrak yang berlaku.

Irawan menegaskan, kontraktor harus memperhitungkan proses pekerjaan dengan waktu yang tersisa. Di mana sudah terdapat ketentuan yang mengatur mengenai batas waktu penyelesain proyek tersebut, yang menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Irawan menambahkan, pihaknya telah meminta keterangan secara tertulis kepada konsultan dan kontraktor untuk penyebab pasti dari peristiwa robohnya GOR tersebut. Saat ini pihaknya masih mengumpulkan alat bukti yang dapat memastikan peristiwa tersebut murni karena faktor alam atau ada unsur kelalaian.

“Untuk saat ini kami telah menerima surat keterangan dari BMKG bahwa memang ada faktor alam yang bisa mempengaruhi pekerjaan pada saat itu,” tambahnya.(*)

 

Reporter : Rachman

Editor : M. Yanudin

TS Poll - Loading poll ...
Coming Soon
Calon Pemimpin Kaltara 2024-2029 Pilihanmu
{{ row.Answer_Title }} {{row.tsp_result_percent}} % {{row.Answer_Votes}} {{row.Answer_Votes}} ( {{row.tsp_result_percent}} % ) {{ tsp_result_no }}

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *