BMKG Tarakan Siapkan Sistem Pemantauan Laut, Gelombang, dan Angin untuk Dukung Posko Nataru

benuanta.co.id, TARAKAN – Menyambut operasi Pos Komando (Posko) Natal dan Tahun Baru (Nataru), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tarakan memperkuat pemantauan cuaca maritim, termasuk ketinggian gelombang, angin, salinitas, hingga pasang surut di pelabuhan.

Kepala BMKG Tarakan, M. Sulam Khilmi, mengatakan pihaknya telah menyiapkan seluruh sistem pendukung untuk memastikan aktivitas pelayaran dan bongkar muat berjalan aman.

“Kami terus memantau fenomena cuaca dan segera memberikan peringatan jika ada potensi ekstrem,” katanya.

BMKG Tarakan telah memasang dua alat observasi maritim di Dermaga Tunon Taka dan Dermaga Malundung. Alat tersebut bekerja 24 jam memancarkan data mengenai angin, temperatur, tekanan udara, salinitas, dan tinggi pasang surut. Informasi real time ini menjadi acuan pelabuhan ketika melakukan aktivitas bongkar muat, terutama saat kecepatan angin tinggi.

Baca Juga :  Jalani Hak Integrasi, Belasan Warga Binaan Lapas Tarakan Kembali ke Masyarakat

Selain alat internal, BMKG bekerja sama dengan Badan Informasi Geospasial dan Navigasi Laut (BISNAF) yang memiliki Buoy (BUOI) di beberapa titik strategis perairan. Melalui kerja sama ini, BMKG dapat mengakses data tinggi gelombang secara langsung dari buoy.

“Buoy itu perangkat di laut untuk mengukur ketinggian gelombang. Data BISNAF kami akses untuk memverifikasi kondisi aktual,” terangnya.

Setiap buoy memancarkan data otomatis, termasuk perubahan posisi vertikal yang menandakan dinamika gelombang. Sistem ini membantu mempercepat validasi peringatan dini untuk sektor maritim selama Nataru.

Pemantauan Gempa dan Tsunami Terhubung ke Pusat Dalam aspek kegempaan, BMKG Tarakan memiliki satu sensor seismograf yang datanya langsung terkirim ke pusat untuk dianalisis oleh tim ahli. Analisis dilakukan cepat karena golden time peringatan dini tsunami tidak boleh melebihi lima menit.

Baca Juga :  PT PRI Mengucapkan Selamat Hari Jadi Kota Tarakan Ke-28 Tahun

Faktor kedalaman, sifat patahan (vertikal atau horizontal), serta lokasi gempa menentukan apakah suatu kejadian berpotensi tsunami atau tidak. Jika terjadi di daratan, potensi tsunami hampir pasti tidak ada, namun risiko runtuhan tetap menjadi perhatian.

Di Kalimantan Utara, hingga kini belum tersedia sirine peringatan dini tsunami seperti daerah dengan risiko tinggi di Indonesia. Pemasangan alat tersebut membutuhkan anggaran besar dan biasanya dilakukan pemerintah daerah, sementara BMKG bertugas menyerahkan sistemnya kepada BPBD jika perangkat sudah tersedia.

Baca Juga :  Tinggalkan Ponsel di Semak-semak, Cara Cerdik Pelaku Narkotika Kelabui Polisi

Sistem Pemantauan Pelabuhan Siap Bantu Aktivitas Kapal

Di pelabuhan, alat-alat BMKG terhubung dengan radar dan satelit yang menyajikan data konstan tentang kecepatan angin hingga kondisi permukaan laut. Informasi tersebut sangat membantu operator pelabuhan menentukan kelayakan pelaksanaan bongkar muat.

Ia menjelaskan, pelabuhan modern secara internasional mensyaratkan layanan meteorologi yang memadai. Karena itu BMKG Tarakan telah memikirkan pengembangan layanan untuk memenuhi standar di masa mendatang.

Dengan penguatan sistem maritim ini, BMKG Tarakan memastikan sektor pelayaran dan pelabuhan tetap aman selama masa libur Natal dan Tahun Baru. (*)

Reporter: Sunny Celine

Editor: Yogi Wibawa

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *